Belum lagi soal akuntabilitasnya yang lemah. Industri ekstraktif itu memang sumber uang. Tetapi jangan lupa, ia juga sekaligus sumber masalah yang seringkali ditutup-tutupi.
Kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor, pengahancuran habitat, polusi, perubahan mutu iklim, pencemaran udaraair, hingga perampasan lahan warga atas nama pembangunan seringkali kita simak sebagai efek buruk pertambangan yang tak bisa ditutupi.
Tentu saja, aspek-aspek ini bertentangan dengan pesan-pesan agama dan ketuhanan. Bukankah ormas keagamaan adalah pembawa pesan-pesan Tuhan di bumi?
Apalah kata Tuhan nantinya? Agama sebagai pembawa kemashlahatan-penyelamatan seharusnya tampil menegur aktivitas tambang. Ormas sebagai institusi keagamaan harus terdepan menjalankan kritik itu.
BACA JUGA:WTP Tidak Berarti Bebas dari Catatan
Bukan malah menjadi pelaku tambang. Bukankah agama sebagai pembawa kebaikan, bukan pelaku pengrusakan? Apalah kata Tuhan nantinya? Negara-negara besar kini mulai gusar dengan industri ekstraktif seperti tambang.
Mereka menambang di negeri orang, termasuk Indonesia. Mereka telah merasakan efek negatif industri itu, seperti krisis air, perubahan iklim, hingga menipisnya cadangan sumberdaya alam.
Mereka kini berupaya mencari industri baru yang ramah lingkungan dan tak beresiko pada menurunnya mutu bumi sebagai ruang mahluk hidup.
Agama seharusnya terlibat dalam urusan ini. Dalam sisi sosial, dampak pertambangan, khususnya tambang batubara di antaranya adalah seringnya terbuka konflik lebar antara masyarakat dengan pihak pengelola tambang, menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan, terjadinya perubahan pola pikir masyarakat dan terjadinya perubahan struktur sosial di masyarakat yang tak adil.
Ormas keagamaan yang selama ini berjuang untuk kepentingan masyarakat korban, tiba-tiba hadir menciptakan masalah di tengah masyarakat karena tambang.
Apalah kata Tuhan nantinya? Dari sisi akuntabilitas, kita pun faham bagaimana pertambangan menjadi ruang persekongkolan kejahatan keuangan.
Korupsi timah 300 triliun yang viral itu salah satu bukti bagaimana tambang menjadi industri persekongkolan “pencurian” dan kebohongan.
Dan itu sejak lama berlangsung. Tak masuk akal, bagaimana mungkin ormas agama mau menceburkan diri dalam kubangan kebohongan sejenis itu?
BACA JUGA:Sertifikat Tanah Elektronik Lebih Aman
Bukankah agama sebagai penyeru kejujuran? Apalah kata Tuhan nantinya? Dari sisi moralitas, agama sebagai lembaga penganjur moral yang baik akan mengingkari dirinya bila ormas agama bekerja di industri tambang.