Oleh: Imam Nur Suharno
MISI utama ajaran Islam adalah membentuk insan yang berakhlak mulia. Hal ini dipertegas melalui sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Bukhari).
Sesungguhnya antara akhlak dan iman terdapat hubungan erat. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan, dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman. Semakin sempurna akhlak seorang muslim akan semakin kuat pula imannya.
Dalam hal ini Rasul SAW bersabda: “Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” (H.R. Tirmidzi).
BACA JUGA:5 Kecamatan Diajukan, Kemendagri yang Memutuskan sebagai Ibu Kota Pemekaran Cirebon Timur
Akhlak mulia sebagai bukti dan buah dari keimanan yang benar. Buah keimanan seorang muslim akan menghasilkan akhlak mulia sehingga ia mampu membangun hubungan baik dengan Tuhannya melalui ibadah (hablum minallah).
Membangun hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas), dengan keluarga (hablum minal usrah), dan dengan seluruh alam (hablum minal alam). Karena iman tidak berarti apa-apa jika tidak melahirkan akhlak mulia.
Hasan Al-Bashri berkata, bukanlah iman itu dengan (engkau) berangan-angan, dan bukan pula dengan hiasan luar saja, akan tetapi iman itu adalah sesuatu yang bercokol dalam hati, dan membuktikannya dengan amalan (perbuatan).
Akhlak mulia memiliki kadar yang paling berat dalam timbangan manusia pada hari kiamat kelak. Nabi SAW bersabda, “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia pada hari kiamat dari akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi).
BACA JUGA:Minim Dukungan, H Suryana Legowo Gagal Maju Pilwalkot Lewat Perseorangan
Akhlak mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam. Tanpanya, ibadah hanya menjadi ritual dan gerakan yang tidak memiliki nilai dan manfaat. Karena itu, ada beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi muslim sejati dalam berakhlak.
Pertama, menjauhi perkara yang syubhat. Seorang muslim harus menjaga diri dari segala sesuatu yang haram dan berhati-hati terhadap hal-hal yang syubhat.
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.
Barangsiapa menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.
BACA JUGA:Eselon III, Pensiun 8 tahun lagi, Kabag Pemerintahan Yakin Maju Pilbup