"Keunikan lainnya adalah, sumur ini tidak memiliki saluran pembuangan air wudu atau air bekas mandi. Sehingga air bekas wudu langsung dialirkan ke Desa Kecomberan tanpa melalui saluran pembuangan di area masjid," tandasnya.
Diceritakan, Ki Buyut Megu sendiri merupakan seorang utusan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran yang ditugaskan untuk menjemput Raden Walangsungsang, anak dari Prabu Siliwangi agar kembali ke Pajajaran. Sesampainya di Cirebon, Ki Buyut Megu bertemu Raden Walangsungsang tetapi malah masuk Islam.
"Pangeran Walangsungsang sudah menetap di Cirebon berguru pada Syekh Nurjati dan menjadi muslim yang membangun pedukuhan Caruban. Nah yang ditugaskan untuk menjemput itu Ki Buyut Atas Angin. Tapi malah berbalik masuk Islam," tutur pegiat sejarah dan naskah kuno dari Komunitas Latar Wingking, Farihin.
Ada cerita juga yang menyebutkan sebelum masuk Islam, Ki Buyut Atas Angin bertarung terlebih dahulu dengan Raden Walangsungsang, setelah mengakui kesaktian Raden Walangsungsang.
BACA JUGA:Membandel, Truk Besar Masih Tetap Beroperasi, Kuwu Minta Dishub Pasang Portal
Akhirnya Ki Buyut Atas Angin masuk Islam dan membangun daerah Megu yang sekarang menjadi wilayah Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Untuk menuju Masjid Keramat Megu, dari pusat kota, Alun Alun Kejaksaan Kota Cirebon, dapat mengambil arah ke Jalan Kartini menuju Jalan Kabupaten, lalu belok kanan ke Jalan Raya Cirebon Bandung, lalu belok kiri ke Jalan Fatahillah sampai Jalan Raya Megu nanti akan terlihat gapura kembar lalu belok kiri.
Meskipun telah berabad-abad berlalu, Masjid Kramat Megu tetap teguh berdiri, menyatukan umat dalam cinta dan pengabdian. Dengan setiap doa dan tindakan, cerita keajaiban ini terus hidup, merajut kisah tak terlupakan bagi generasi masa depan. (*)