CIREBON- Sedikitnya 943,5 hektare sawah terendam banjir di timur Kabupaten Cirebon selama tiga hari dan terancam gagal tanam.
Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana mengatakan ratusan hektare sawah yang terdampak itu ada di 9 kecamatan. Yakni Kecamatan Waled, Kecamatan Ciledug, Pabedilan, Losari, Pabuaran, Karangwareng, Babakan, Gebang, dan Pangenan.
Dalam hitungan yang dilakukan oleh pihaknya, biaya tanam untuk lahan seluas satu hektare mencapai Rp6.872.203. Dengan dikalikan 943,5 hektare yang terendam banjir, maka estimasi kerugian petani sekitar Rp6.484.203.750.
Ia mengaku saat ini pihaknya sedang melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak kembali menimpa petani di Kabupaten Cirebon. “Selain evaluasi, kami juga sedang berupaya mengambil langkah-langkah kongkrit untuk meminimalisir gagal panen bagi petani," katanya.
BACA JUGA:Marak Kasus Perundungan, Ada Faktor Pola Asuh Orang Tua dan Lingkungan
Terpisah, salah satu petani asal Kecamatan Pangenan bernama Rustandi (49) mengatakan air yang merendam sawahnya terjadi sejak Senin 5 Maret 2024. Di mana saat itu, intensitas hujan cukup tinggi dan meluapnya air dari sungai yang jaraknya tidak jauh dari lahan pertaniannya.
Ia sangat menyayangkan tanaman padi miliknya baru dua bulan pasca dilakukan penanaman, kini terendam banjir hingga berhari-hari. “Lahan saya ini hampir satu hektare, mana padi yang di tanam ini usianya baru dua bulan," kata Rustandi.
Ia mengaku bingung lantaran modal menanam padi diperoleh dari hasil pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Jujur bingung buat bayarnya gimana," ungkapnya.
Dampak banjir itu, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon memprediksi masa panen padi di Kabupaten Cirebon mengalami kemunduran hingga Juni 2024. Utamanya, di timur Kabupaten Cirebon.
BACA JUGA:Kasus Kejahatan di Cirebon: Siswa dan Guru Terlibat
Ketua HKTI Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar mengatakan bahwa kemunduran masa panen tersebut terjadi karena sebagian sawah terendam banjir. Akibatnya, sawah yang terendam itu harus dilakukan tanam ulang. “Petani harus melakukan replanting (tanam ulang) di sawah yang terkenan banjir. Seharusnya panen itu bulan April, jadi mundur," kata Tasrip.
Sementara itu, Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon turun ke sejumlah titik yang menjadi penyebab terjadinya banjir. Korlap Pusdalop BPBD Kabupaten Cirebon Fauzan mengatakan pihaknya mendatangi langsung titik-titik terjadinya air meluap.
Ia dengan tim melakukan kajian. Titik pertama yang dikunjungi adalah Sungai Cisanggarung yang berlokasi di Blok Pompa, Desa Cilengkrang Girang, Kecamatan Pasaleman. Hasil dari assessment, penyebab banjir di lokasi tersebut karena tanggul yang terlalu rendah. “Ternyata di sini bukan jebol, tapi tanggulnya terlalu rendah posisinya," kata Fauzan.
Akibat dari rendahnya tanggul tersebut, air meluap dan keluar ke pemukiman warga. Tidak butuh waktu lama, air merendam rumah warga setempat. Lokasi berikutnya yang didatangi adalah tanggul yang ada di Desa Sidaresmi, Kecamatan Pabedilan. Kali ini, yang menjadi penyebab air meluap hingga merendam permukiman warga adalah tanggul jebol.
BACA JUGA:Astra Daihatsu Gulirkan Program DAIFIT