“Strategi Gelora juga ada kesamaan dengan apa yang diampaikan Prabowo dalam pidatonya bahwa Prabowo-Gibran dan koalisinya punya strategi transformasi yang disebut superpower seperti dalam Pembukaan UUD 1945 ikut melaksanakan ketertiban dunia, dan ingin memerdekakan Palestina," kata Igor Dirgantara.
Igor menegaskan, program Wajib Belajar 16 Tahun, termasuk di dalamnya kuliah gratis mendapatkan sambutan positif di masyarakat, termasuk program pemberantasan buta huruf baca Alquran. Jadi, lanjut Igor, ketika ditanyakan ke responden, program apa yang paling Anda ingat, programnya Partai Gelora, Wajib Belajar 16 Tahun.
“Kalau bahasanya Pak Anis Matta, kuliah gratis. Sebenarnya memperpanjang wajah belajar dari SD/SMP/SMA sampai 9 tahun jadi 16 tahun, ditambah kuliah gratis. Itu diingat masyarakat,” terang Igor Dirgantara.
Karena itu, menurut Igor, mudah sebenarnya bagi Partai Gelora untuk lolos ke Senayan dan melampaui ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4%, selain programnya diterima masyarakat. Partai Gelora juga mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas skor tertinggi dari dukungan politik ke capres, selain Partai Gerindra dan PSI.
BACA JUGA:Pohon Mahoni Tumbang, Sopir Mobil Boks Tewas
“Dari data survei kami terakhir yang belum kami publikasikan, elektabilitas Partai Gelora sudah 3,8 % dari sebelumnya 3,6 % pasca debat terakhir. Keyakinan kami, Partai Gelora mampu melewati ambang batas parlemen 4 %," kata Igor.
Ia menjelaskan, pemilih loyal Partai Gelora terbanyak ada di Jatim, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Utara. "Dari data kami juga terkonfirmasi banyak pemilih partai lama akan memilih partai baru, Ini peluang bagi Partai Gelora, karena pemilih inginkan ada partai yang berbeda," paparnya.
Selain itu, Direktur Eksekutif SPIN ini menambahkan, masyarakat mengetahui, bahwa program rekonsiliasi nasional antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto yang disuarakan pertama kali oleh Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta dan Wakil Ketua Fahri Hamzah juga mendapatkan respon positif.
“Program tentang rekonsiliasi itu menjadi daya tarik di masyarakat itu pertama kali di kumandangkan Pak Anis Matta, sehingga terjadilah rekonsiliasi Pak Jokowi-Pak Prabowo. Dan Pak Fahri Hamzah yang pertama kali menyebut nama Gibran untuk melanjutkan rekonsiliasi tersebut," ujarnya.
BACA JUGA:Rekonstruksi Pembunuhan di Simpeurem, Pelaku Peragakan 44 Adegan
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Siti Zuhro mengakui, capaian Partai Gelora dalam perpolitikan di Indonesia saat ini luar biasa. Di mana pengelolaan manajemen organisasinya sangat modern, bukan bertumpu pada permodalan, tapi ditekankan pada kualitas seperti Parti ID, sehingga ada rasa saling memiliki diantara kader partai.
“Saya kira Partai Gelora akan menjadi partai modern, bukan partai dinasti, itu sudah kuno, sehingga partai politik akan menjadi showroomnya para politisi handal," kata Siti Zuhro.
Zuhro optimis Partai Gelora akan menjadi partai yang paling matang ke depannya dalam membangun infrastruktur partai, apalagi dikuatkan dengan program pendidikan Wajib Belajar 16 tahun.
“Saya senang Gelora ini pro pendidikan, meskipun bentuk partainya religius nasionalis. Tapi saya sarankan agar Partai Gelora perlu ada benchmark baru seperti misalnya Golkar. Infratruktur yang terbangun sudah bagus, meski ceruk Golkar diambil dan partainya beranak-pinak, tetap nomor 2 atau 3," katanya.
BACA JUGA:Pemkab Launching Sharing Informasi
Siti Zuhro optimistis Partai Gelora akan lolos ke Senayan, meskipun persyaratan ambang batas parlemen 4 persen bagi partai baru tidak mudah. Namun, dengan ketokohan Anis Matta dan Fahri Hamzah, elektabilitas Partai Gelora naik terus.