Oleh: Dar Tum *
MENJELANG 14 Februari, pernak-pernik dinamika phenomena sosial Pemilu 2024 makin menarik untuk ditonton, ditelaah, dinikmati, dirasakan, diresapi, didalami, diikuti, direfleksi, dievaluasi, dan lain sebagainya.
Menjelang pemilu juga banyak rasa, ibarat makanan, pokoknya ada rasa asin, pahit, manis, asam, pedas dan aneka rasa (nano-nano) kumplit ada di Pemilu 2024.
Pesta demokrasi lima tahunan semisal pemilu (pilpres dan pileg) dipandang oleh banyak orang memangmengasyikan, menggembirakan dan membahagiakan.
Mereka mengikutinya seolah-olah sebuah pesta yang menuntut semua orang harus happy. Namun, pemilu bisa juga membuat orang kesal, jenuh, marah, jengkel, yang bisa membuat orang prustasi, depresi bahkan bisa orang jadi gila gara-gara pemilu.
BACA JUGA:Fikih Pemilihan Kepemimpinan
Sesekali kita dengar peristiwa konplik keluarga, konplik antar warga bahkan antar golongan karena beda pilihan dalam proses demokrasi.
Di balik madorotnya, ternyata pemilu juga banyak faedah yang bisa kita lihat dan dirasakan manfaatnya. Seperti misalnya, pada saaat menjelang pelaksanaan pesta demokrasi, sudah jadi sebuah kelaziman bagi para kandidat (pilpres dan Pileg) mempertontonkan segala macam perilaku kebaikan.
Kita melihat di antara kebaikan mereka seperti dengan bermunculan ambulan gratis yang disediakan oleh para kandididat untuk dipergunakaan oleh rakyat.
Mereka seolah peduli terhadap kebutuhan rakyat. Selain itu, seperti bantuan sembako berseliweran tidak hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan. Hal-hal seperti itu adalah nilai-nilai kebaikan yang ditebar para kandidat.
BACA JUGA:Sungai Cibuaya Meluap, 40 Ha Sawah Terendam Banjir
Yang jelas, menjelang pemilu peningkatan jumlah “orang baik” amat signifikan, secara statistic mungkin kenaikannya di atas 1.000 persen jumlahnya.
Kebaikan perilaku orang menjelang pemilu juga bisa kita lihat misalnya orang yang semula sombong tiba-tiba jadi sopan, orang yang semula sulit menebar senyum bisa jadi mendadak murah senyum, dan berbagai kebaikan budi lainnya.
Bahkan, ada juga yang semula jarang ibadah tiba-tiba getol dan dekat dengan Tuhan. Kebaikan-kebaikan itu adalah (demi) impiannya sukses sebagai kandidat pesta demokrasi, walaupun kadang kebaikaan-kebaikan itu hanya semu bahkan hanya sekedar tebar pesona yang menipu dirinya sendiri.
Manuver penyelenggara pemilu (pemerintah, KPU) dengan berbagai regulasi kadang sering berganti. Argumentasinya menyesuaikan aspirasi yang kadang kontradiksi.