Dr Pendi Susanto MPd
“Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan” Ki Hadjar Dewantara.
DALAM buku Pendidikan yang Berkebudayaan, Yudi Latif mencatat hingga akhir abad ke-19 kaum gurulah yang pertama kali mempromosikan gerakan kemajuan. Kaum guru pula yang memelopori pembentukan ruang-ruang publik modern.
Keberfungsian guru pada akhir abad ke-19 sebagai pelopor gerakan kemajuan telah membuka jalan bagi kebangkitan nasional dan mendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia. Guru mampu mencapai keberfungsian itu karena punya kapabilitas sebagai elite intelektual di masa itu melalui pendidikan yang bermutu tinggi dan terbatas.
Menurut catatan Furnivall (1940) yang dikutip Yudi Latif (2020), hanya ada sekitar 300 sekolah di Jawa dan kurang dari 400 di luar Jawa dengan jumlah siswa tak lebih dari 40.000.
BACA JUGA:Bahas Raperda RTRW, Belajar Dulu ke DPRD Surabaya
Dalam perspektif Sen, para guru di masa itu telah mendapatkan kebebasan instrumental berupa peluang sosial lewat pendidikan sehingga mampu berfungsi menggulirkan gerakan kemajuan di ruang-ruang publik modern.
Sebagai intelektual baru, guru mengemukakan konsep "kemajuan sebagai tolok ukur baru dalam menentu- kan privilese sosial. Gagasan "kemajuan" dan kritik kaum guru diartikulasikan dalam ruang publik melalui media cetak dan berbagai perkumpulan yang mereka dirikan, seperti Soeloeh Pengajar (sejak 1887) dan Taman Pengadjar (sejak 1899), beserta perkumpulan guru yang paling berpengaruh, Mufakat Guru.
"Pada tingkat embrional, pergerakan kaum gurulah yang membuka jalan bagi kebangkitan nasional yang mendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia".
Setelah 78 tahun merdeka, kapabilitas dan keberfungsian guru Indonesia mengalami situasi yang berbeda dalam masyarakat yang kian kompleks. Menurut data terakhir Kemendikbud, ada 217.270 sekolah dan lebih dari 27 juta guru untuk melayani lebih dari 44 juta siswa.
BACA JUGA:Gencar Sosialisasi, Kasus Bullying Bisa Ditekan
Pada 2023, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia 74,39 -terendah 63,01 di Provinsi Papua, dan tertinggi di DI Yogyakarta 81,09. Disparitas antara daerah maju dan tertinggal ini masih menjadi isu pembangunan. Dimensi pendidikan pada IPM ialah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Guru dulu dan sekarang juga (diharapkan) punya ketangguhan sama dalam menggerakkan masyarakat untuk jadi lebih setara, adil makmur, dan bermartabat melalui karya-karya pendidikan.
Bagaimana peran guru dalam perjuangan memajukan Indonesia? Masyarakat 5.0 dicetuskan dan dijadikan bagian inti dari rencana strategis kebijakan ekonomi dan fiskal kabinet Jepang di 2016 untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi Masyarakat 5.0 bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Peningkatan kualitas hidup manusia berkaitan dengan kapabilitasnya mengembangkan seluruh potensi diri untuk melakukan tindakan bernilai atau meraih kondisi yang bernilai. Dalam perspektif development as freedom, peraih Nobel Ekonomi 1998 Amartya Sen mengemukakan perspektif pembangunan sebagai proses perluasan kebebasan masyarakat.
BACA JUGA:PKT Kelurahan Munjul Bangun Drainase