Oleh: Slamet Widodo*
PERAWAKANNYA kurus, tidak sekokoh perwira-perwira lainnya di era 45 kala itu. Pelatihan PETA sebagai Daidancho memang pernah diikutinya, namun sifat hakikinya adalah seorang mantan guru sekolah rendah yang pendiam, teguh hati, lemah lembut dalam bertutur kata, tetapi tegas sebagai seorang pemimpin ketentaraan.
Lebih banyak mendengar pendapat orang lain, tetapi cepat dalam mengambil kesimpulan yang tepat. Sekali putusan diambil, tidak dapat mudah dirubah lagi oleh siapapun.
TERPILIH PANGLIMA BESAR
BACA JUGA:ASN Pemkot Cirebon Juara 9 Ball
Konferensi besar Tentara keamanan rakyat (TKR) yang di gelar pada tanggal 12 Nopember 1945 di MTTKR (Markas Tinggi Tentara Keamanan Rakyat) di Gondokusuman–Yogyakarta yang dihadiri hampir semua panglima divisi dan resimen dan disaksikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sunan Pakubuwono XII, serta Mangkunegoro X.
Akhirnya mayoritas memilih Kolonel Soedirman, pemuda yang baru berusia 29 tahun, mantan Opsir muda PETA Berpangngkat Daidancho, mantan guru sekolah rendahan Muhammadiyah Cilacap, aktivis kepanduan Hizbul Wathan dan mubaligh keliling.
Oerip Sumohardjo yang usianya jauh lebih tua menduduki peringkat kedua saat pemilihan, ditetapkan menjadi kepala staf umum TKR. Latar belakang militernya sebagai seorang Katholik dan bekas opsir KNIL Belanda membuat dirinya dicurigai oleh banyak perwira TKR yang usianya rata-rata masih muda.
Hal ini dapat dimengerti karena perwira TKR yang umumnya berlatar belakang PETA, Hizbullah, Sabilillah, Heiho, Keibodan, dan Seinendan dilatih militer oleh Jepang, sedangkan KNIL adalah tentara resmi Hindia Belanda sebelum Jepang datang di Indonesia.
BACA JUGA:Ummada Helat Wisuda Perdana
Pemuda Soedirman dilantik menjadi panglima besar TKR pada tanggal 18 Desember 1945. Surat kabar Belanda dengan nada mengejek serta meremehkan memuat komentar Jendral Spoor (panglima Militer Belanda di Indonesia): “.....republik Indonesia mengangkat seorang guru sekolah rendahan menjadi panglima besar. Tahu apa guru sekolah itu !”. Wartawan-wartawan Indonesia sendiri banyak yang mengira bahwa Soedirman yang menjadi panglima besar TKR adalah residen Surabaya yang terkenal itu, karena gigih melawan tentara sekutu yang dipimpin Inggris para perang 10 Nopember 45.
Bung Karno sendiri tidak mengenal Pemuda Soedirman secara pribadi, tapi menantu Haji Umar Said Cokroaminoto (ketua Syarekat Islam) ini percaya pada laporan yang diterima dari hasil Konferensi Besar TKR pada 12 Nopember 45 itu, merestui lalu melantiknya.
MENGHANCURKAN SEKUTU PIMPINAN INGGRIS
Pasukan Inggris dan Belanda yang dipimpin Brigjen Bethel yang baru saja memenangkan perang dunia II mendarat di Semarang dan menuju Magelang lewat Ambarawa sambil menebarkan teror dengan menganiaya, menculik dan menyiksa para pemuda di sepanjang jalan.
BACA JUGA:Target Rampung Akhir Desamber