Seseorang dengan SAD biasanya ditemukan pada negara yang memiliki empat musim. Seorang peneliti psikologi di Amerika Serikat, Kelly Rohan menjelaskan bahwa gejala SAD biasanya muncul ketika memasuki musim gugur karena hari-hari semakin pendek.
Kemudian, berakhirnya waktu musim panas merupakan pemicu yang cukup besar bagi orang yang mengalami depresi musim dingin.
Seseorang yang menyintas SAD terbagi menjadi dua golongan yakni “orang musim panas” dan “orang musim dingin”, mereka bisa menjadi sangat lelah dan merasa tertekan sepanjang musim atau cuaca ekstrem terjadi, biasanya pada musim hujan yang panjang atau dingin.
Meskipun lebih sering terjadi di negara empat musim, tetapi penduduk yang tinggal di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia juga memiliki kemungkinan untuk mengalami SAD.
BACA JUGA:Tiga Tersangka Kredit Fiktif Ditahan
Biasanya, gejala SAD akan muncul pada musim penghujan, hanya saja kondisi musim penghujan tidak seektrem musim dingin (masih ada cahaya matahari yang cukup cerah di musim hujan) sehingga gejala SAD nyaris tidak terdeteksi.
Pada laman VoA memuat bahwa penyebab dari SAD dipengaruhi dari keberadaan sinar matahari. Sel-sel khusus di mata mengubah bagian panjang gelombang biru dari sinar matahari yang mempengaruhi suasana hati dan kewaspadaan.
Ketika sel-sel menyerap gelombang tersebut, pusat kewaspadaan otak diaktifkan sehingga merasa lebih terjaga dan merasa kebih bahagia.
SAD: KERENTANAN SOSIAL
BACA JUGA:Dukungan untuk Rahim Semakin Menguat
Anita (2018) meninjau menggunakan perspektif psikoanalisa bahwa penyebab depresi disebabkan oleh trauma di masa lalu yang kemudian muncul kembali berupa SAD karena adanya asosiasi antara trauma dengan musim hujan yang hadir setiap tahun yang membawa kembali kenangan-kenangan masa lalu yang traumatis.
Selain itu kekurangan sinar matahari saat musim hujan juga memengaruhi energi serta mengubah serotonin yang ditandai dengan perasaan sedih sepanjang hari.
Perubahan musim memang bukan menjadi satu-satunya faktor yang menyebabkan munculnya gejala depresi. Bila ditelaah lebih jauh, akan ada banyak fator yang berpengaruh pada keadaan tersebut.
Meskipun begitu, SAD tidak bisa diabaikan. Walaupun realitanya, isu kesehatan mental di Indonesia masih dianggap tabu dan belum mendapatkan perhatian yang setara dengan penyakit yang lain.
BACA JUGA:Jelang Pilkada, KPU Bekali PPK dan PPS
Bagaimana seseorang yang rentan terkena virus influenza di musim hujan diobati seharusnya juga sama dengan penyintas SAD mendapatkan perawatan karena penyakitnya akan kambuh ketika musim berganti.