Keikhlasan Orang Awam

Kamis 31 Oct 2024 - 19:37 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Level ini level kebanyakan orang atau awam. Level awam ini telah menempatkan banyak orang. Dan semua ulama sepakat bahwa keilhlasan  abid ini telah cukup dianggap ikhlas. 

Keikhlasan kedua adalah keikhlasan yang ditunjukkan oleh kelompok muhibbin, yaitu keikhlasan yang dilakukan oleh seseorang yang berbuat karena Allah SWT semata dengan  diliputi karen rasa cintanya kepada Allah swt yang besar.

Kerinduan dan rasa terimakasih kepada Allah yang Maha Besar. Prinsip ibadah tidak lagi karena rasa takut akan masuk neraka atau keinginan untuk menikmatai indahnya fasilitas surga. 

BACA JUGA:Tim Jalur Langit Siap Menangkan Paslon Nomor Urut 2

Kelompok ini beribadah karena cinta berat kepada Allah SWT. Kehadiran dirinya pada saat salat, adalah kehadiran dihadapan dzat yang sangat dicintainya.

Raga dan jiwa sepenuhnya hadir untuk menikmati cintanya pada Allah SWT. Salah satu tokoh kelompok ini adalah Rabi‘ah Al Adawiyah.

Dalam salah satu uacapannya, Rabi’ah Al Adawiyah mengungkapkan, “Aku tidak menyembah-Mu karena takut siksa neraka atau karena mengharapkan surga-Mu” takut pada siksa neraka dan pengharapan akan nikmat surga, dinaikkan menjadi zuhud karena cinta. Cinta yang suci murni itu lebih tinggi dari pada takut dan pengharapan.

Keikhlasan yang ketiga yaitu keikhlasan yang dilakukan oleh sesorang yang telah makrifat pada Allah, yaitu orang yang telah mampu memahami, mengetahui, dan mengenal Allah SWT melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada dalam alam semesta dengan segala isinya. Keikhlasan ini disebut keikhlasan arifin. 

BACA JUGA:Ketua PDIP Kuningan Kritisi KPU soal APK hingga Persiapan Debat Kandidat

Para arifin (mengenal Allah) menayadari bahwa kekuatan utama hanyalah Allah. La haula wala quwwata ill billahi artinya tidak ada daya dan upaya keculai dari Allah SWT. 

Cara pandang kelompok ini, ibadah yang mereka lakukan dapat terlaksana karena billah atau sebab kekuatan Allah, bukan karena kekuatan dan daya dalam diri mereka. Mereka tidak melihat kekuatan dan daya pada diri mereka. 

Segala sesuatu merupakan anugerah dari Allah SWT. Kelompok ini meraskan antara musibah dan nikmat tidak ada batasnya. Segala sesuatunya, semua adalah pemberian dari Allah SWT.  (*)

*Penulis adalah Guru PAI Senior SMP Negeri 8 Kota Cirebon

Tags :
Kategori :

Terkait