Oleh: Munib Rowandi Amsal Hadi*
SETIAP perbuatan harus digerakkan oleh rasa ikhlas. Ikhlas adalah ketulusan dan kemurnian niat seseorang dalam beramal. Ikhlas merupakan ruh amal dan amal merupakan bentuk perbuatan.
Bila amal tidak didasarkan pada ikhlas, maka amal tidak memiliki kekuatan. Ia bentuk yang tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Adanya keropos dan tidak bernilai. Maka, ikhlas harus menjadi dasar dan ruh setiap amal perbuatan yang kita lakukan.
BACA JUGA:Menyusun Mindset Sukses
Satu pertanyaan: apakah selama ini amal atau perbuatan yang kita lakukan sudah ikhlas? Tentu yang mengetahui hanyalah diri kita sendiri.
Ketika seseorang mengatakan bahwa ia melakukan suatu perbuatan dengan ikhlas, pernyataan itu bisa benar dan bisa juga tidak.
Yang dapat menilai dengan benar hanya dirinya sendiri. Ikhlas dapat dilakukan oleh siapa saja sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Lalu apakah ikhlas itu? Karena ikhlas dapat dicapai oleh kita sesuai dengan kemampuan kita, maka makna ikhlas satu sama lain akan berbeda.
BACA JUGA:Surat Suara Pilkada telah Tiba
Perbedaan itu bukan berarti ikhlas tidak memiliki definisi yang jelas. Ikhlas secara sederhana diartikan sebagai suatu amal atau perbuatan dengan diniatkan hanya kepada Allah.
Kemurnian niatan hanya kepada Allah itulah yang menguatkan seseorang berbuat ikhlas dan bertingkatnya kadar ikhlas seseorang.
Keikhlasan pertama adalah keikhlasan orang awam, keikhlasan ini disebut keikhlasan abid (hamba Allah).
Keikhlasan abid merupakan keikhlasan seseorang dalam beramal diniatkan karena dan untuk Allah, tidak ada unsur riya atau niat karena selain Allah baik yang nyata maupun yang samar, juga tidak masuk unsur nafsu di dalamnya.
BACA JUGA:Tema Debat Pilkada Kuningan, Fokus Pembangunan Berkelanjutan dan Bermartabat