Alquran Terjemahan Bahasa Cirebon Di-launching, Gunakan Bahasa Cirebon Bagongan

Selasa 29 Oct 2024 - 21:18 WIB
Reporter : M Hasanuddin
Editor : M Hasanuddin

“Tantangan dalam penerjemahan ini paling sulit terjadi pada tahap validasi, karena harus disepakati beberapa kata yang paling sesuai dengan makna terjemahan Alquran. Sesederhana kata ‘isun’ atau ‘kita kabeh’ misalnya, sering melalui perdebatan panjang dalam prosesnya,” tukasnya.

Selain Ahmad Yani, penerjemahan Alquran Terjemahan Bahasa Cirebon ini juga dilakukan oleh empat orang lainnya. 

Namun sayangnya, tiga penerjemah lainnya telah berpulang selama proses berlangsung. 

Para almarhum tim penerjemah tersebut antara lain Dr H Raden Bambang Irianto BA, Dr Hj Eva Nur Arovah MHum, dan Dr H R Ahmad Opan Sapari Hasyim MHum.

Anggota penerjemah sekaligus filolog, Muhamad Mukhtar Zaedin, bercerita bahwa dalam proses penerjemahan ini dilalui beberapa proses yang cukup panjang. 

Menurutnya, masing-masing bahasa memiliki kesastraan dengan tingkatan kerumitannya masing-masing, termasuk bahasa Arab. 

Seperti saat menerjemahkan kata “Allah” ke dalam bahasa lainnya, tidak ada bahasa lain yang bisa mewakili kata “Allah”. 

“Dalam penentuan penggunaan bahasa Cirebon, kami juga sepakat melalui proses yang cukup panjang,” ungkapnya.

Bahasa Cirebon memiliki beberapa jenis, mulai dari Bahasa Cirebon Kuno, Bebasan, hingga Bagongan (pasaran). 

Pada hakikatnya, bahasa terus berkembang sesuai zaman. Beberapa diksi bisa saja hilang seiring dengan perkembangan penggunaan bahasa tersebut. 

Misalnya, saat ini ada beberapa diksi dalam bahasa Cirebon yang sudah tidak digunakan lagi. 

Contohnya, kata “kelawan” (dengan). Saat ini, masyarakat Cirebon justru lebih banyak menggunakan kata “karo” dibandingkan “kelawan”. 

Bahkan, beberapa generasi saat ini tidak mengetahui kata “kelawan”. 

“Sifat bahasa adalah lisan, kemudian ditulis. Saat bahasa atau diksi tersebut sudah tidak kerap digunakan secara lisan, bisa jadi bahasa tersebut tidak relevan atau tak digunakan lagi,” paparnya.

Bahasa Cirebon Kuno, misalnya, yang saat ini mayoritas diksinya sudah tidak digunakan lagi. 

Di sekitar tahun 700 hingga 900 M, Bahasa Cirebon Madya pun mulai digunakan, namun kini sebagian diksinya sudah asing atau tidak diketahui oleh masyarakat yang hidup di era ini. 

Kategori :