ANKARA - Kongres Bahasa, Sastra, dan Budaya Internasional ke-18 (DEKAK) 2024 digelar hari ini di Ankara, Turki. Meskipun sesi presentasi sudah selesai, beberapa kegiatan kongres masih berlangsung. Panitia telah mengatur serangkaian acara tambahan, termasuk pertemuan antara pimpinan universitas dan delegasi kongres. Setelah itu, para peserta diberi kesempatan untuk mengunjungi situs-situs bersejarah di Ankara.
Hari ini, tiga dosen dari Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) UIN Syekh Nurjati mempresentasikan hasil penelitian mereka. Syahrul Kirom, M.Phil., dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, memaparkan nilai-nilai budaya kearifan lokal suku Samin di Blora, Jawa Tengah. Suku Samin memiliki etika yang tinggi, menjunjung kejujuran, dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
Mereka sangat menentang pencurian, terlebih lagi korupsi, yang dianggap sangat tidak etis. Selain itu, sikap hati-hati dan waspada dalam berkomunikasi menjadi karakteristik masyarakat Samin; mereka berusaha untuk tidak melukai perasaan orang lain saat berbicara. Karakter positif ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengadopsi sikap dan nilai-nilai dari suku Samin, masyarakat Indonesia dapat membangun interaksi sosial yang lebih harmonis dan berintegritas. Hal ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan etika yang baik dan saling menghormati di tengah keberagaman budaya di Indonesia.
BACA JUGA:Tekad Bawa Indonesia ke Piala Dunia 2026, Maarten Paes Siap Hadapi Bahrain
H. Amin Iskandar, Lc., M.Ag., dan Prof. Dr. Hajam, M.Ag., menjelaskan tradisi Azan Pitu dan khutbah berbahasa Arab di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, dari perspektif bahasa dan budaya. Tradisi Azan Pitu, yang menjadi ciri khas masjid ini, melibatkan tujuh muadzin yang melantunkan azan secara serentak setiap hari Jumat. Praktik ini telah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejarah dan budaya di balik tradisi tersebut serta mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap khutbah dalam bahasa Arab.
Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menganggap tradisi ini sebagai bentuk perlindungan spiritual. Pemahaman jemaah terhadap teks khutbah bervariasi, tergantung pada latar belakang pendidikan agama dan penguasaan bahasa Arab. Meskipun tidak semua jemaah memahami sepenuhnya, mayoritas merasa dapat menangkap inti pesan yang disampaikan.
Observasi juga menunjukkan adanya perpaduan harmonis antara budaya lokal Cirebon dan unsur keagamaan Arab, dengan elemen lokal dalam partisipasi masyarakat dan elemen Arab dalam teks-teks keagamaan. Penelitian ini menekankan pentingnya pelestarian tradisi Azan Pitu sebagai warisan budaya Indonesia.
Sementara itu, H. Rijal Mahdi, Lc., M.A., dan Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag., mempresentasikan penelitian mereka mengenai manuskrip Keraton Kanoman. “Keraton ini menyimpan kekayaan budaya yang berharga berupa manuskrip kuno dalam bahasa Arab, Jawa, Sunda, dan bahasa lokal lainnya,” ungkap Rijal.
Penelitian ini berfokus pada pengelolaan warisan kuno untuk masa kini dan masa depan, dengan proses filologis yang penting untuk menghidupkan kembali teks-teks tersebut melalui media baru, sehingga dapat diakses oleh generasi mendatang. Tujuan utama penelitian adalah melakukan tahap filologis dalam penyelidikan teks, menerjemahkan naskah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, serta melakukan analisis kritis terhadap manuskrip bernomor (KN-16) yang merupakan kekayaan berharga dari Keraton Kanoman.
Metode yang digunakan meliputi teori penyelidikan dan penerjemahan oleh Prof. Dr. Amani Lubis, serta kritik teks oleh Al-Syarqawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manuskrip (KN-16) membahas ajaran Islam, termasuk keyakinan, teori kepemimpinan, dan konsep kebaikan serta keburukan, yang berpotensi membuka peluang bagi peneliti untuk mengungkap nilai-nilai warisan kuno guna menghadapi tantangan masyarakat saat ini.