Meminimalisir Lost Generation

Selasa 19 Dec 2023 - 21:09 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Fitri Ainurizki Skep

MENURUT data Dinkes Kabupaten Cirebon tahun 2022, stunting (tengkes) tercatat berada di angka 20,1 persen. Hal tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021 yakni 24 persen.

Meski sudah turun, pemerintah terus berupaya mencegah dan menahan kenaikan angka tengkes. Upaya penting yang ditekankan yakni menahan kenaikan tengkes, karena mencegah lebih efektif daripada menangani kasus saat sudah terjadi.

Tengkes bersifat irreversible. Artinya, ketika dalam masa perkembangan otak terjadi pada anak usia nol sampai dua tahun bisa diselamatkan, maka dia akan tumbuh secara optimal.

Selain itu, jika ada keterlambatan dalam pencegahan stunting di usia nol hingga dua tahun, maka ini dianggap sebagai “lost generation”.

BACA JUGA:Problematika Minat Baca

Hal ini bisa dilakukan ketika masa kehamilan atau seribu hari pertama kehidupan, dipenuhi kebutuhannya. Karena pada masa tersebut rawan untuk calon anak mengalami tengkes. Pada ibu hamil yang kurang gizi hingga mengalami anemia, calon bayi sangat berpotensi mengalami tengkes.

Tengkes berdampak pada penurunan IQ non verbal kinerja kognitif dan penguasaan ilmu menurun, kelemahan berolah raga, dan mudah kena penyakit. Penyebabnya bisa faktor langsung maupun tidak langsung.

Penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah pendidikan, status ekonomi keluarga, status gizi ibu saat hamil, sanitasi air dan lingkungan, BBLR pengetahuan ibu maupun keluarga.

Berbicara tentang pola asuh ibu terhadap balita, erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan yang kurang, dapat menjadikan pola asuh ibu kurang. Sehingga mempengaruhi kejadian stunting.

BACA JUGA:Kebutuhan Pangan Pokok Terkendali

Dari hasil penelitian mengatakan, ibu dengan pengetahuan rendah berisiko 10,2 kali lebih besar anak mengalami tengkes dibandingkan ibu berpengetahuan cukup.

Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan. Di mana diasumsikan, dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.

Orang dengan tingkat pendidikan baik, akan mudah menerima informasi daripada orang dengan tingkat pendidikan kurang. Informasi tersebut bisa dijadikan bekal ibu untuk mengasuh balitanya. Namun, tingkat pendidikan yang rendah juga tidak menjamin ibu tidak mempunyai pengetahuan cukup mengenai gizi keluarganya.

Bisa jadi, ada faktor rasa ingin tahu yang tinggi pada ibu tersebut, sehingga pemahaman mengenai makanan yang tepat untuk anaknya lebih luas.

Kategori :