Dimensi Internasional dan Antarbudaya
BACA JUGA:Pelayanan Administrasi Kependudukan Sangat Mudah, Awas Jangan Lewat Calo
Setelah kompetensi ini diidentifikasi, pengelola program studi dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan eksternal seperti institusi atau perusahaan penyedia/pemberi kerja, sehingga kompetensi lulusan harus tercermin dalam hasil pembelajaran yang diharapkan untuk program tersebut, yang selanjutnya kompetensi ini harus digunakan untuk menginformasikan pengembangan kurikulum baru atau yang sudah ada.
Konten program studi, kegiatan belajar mengajar, dan formulir penilaian semuanya harus dirancang untuk membimbing mahasiswa mencapai hasil pembelajaran ini.
Kegiatan Pembelajaran Berdimensi Internasional dan Antarbudaya
Dimensi internasional dan antarbudaya dari suatu program tertentu akan bervariasi sesuai konten atau pengetahuan disiplin ilmu yang akan dipelajari.
BACA JUGA:Berubah Fungsi, Alun-alun Ciledug Dipakai Pasar Malam dan PKL Berjualan
Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kompetensi antarbudaya yang spesifik pada disiplin ilmu dan generik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
Hal ini tidak terjadi secara otomatis, tetapi dosen dapat memfasilitasi hal ini dengan kegiatan singkat yang mendorong keterlibatan mahasiswa di kelas, serta tugas dan proyek kelompok sebagai media mahasiswa untuk bekerja sama dalam tim multikultural yang terdiri dari mahasiswa lokal dan internasional, atau mahasiswa dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda atau latar belakang etnis, sosial budaya, atau sosial ekonomi yang berbeda.
Juga tugas individu atau kelompok yang menjadi tempat mahasiswa bekerja dengan rekan sejawat atau mahasiswa dari lembaga pendidikan tinggi lain.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pertukaran individu secara virtual, pembelajaran internasional daring kolaboratif (Collaborative Online International Learning atau COIL), model pembelajaran yang menempatkan mahasiswa dari berbagai lembaga mitra mengerjakan proyek bersama, atau mobilitas campuran yang memerlukan kombinasi kunjungan kelompok singkat dan kolaborasi daring.
BACA JUGA:Pimpinan Sementara DPRD Kabupaten Majalengka, Didi Supriadi Ketua dan Abid Ubaidillah Waki Ketua
Tugas kelompok sebaiknya mencakup kegiatan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang tidak hanya berfokus pada konten akademis.
Kegiatan ini juga perlu memanfaatkan berbagai perspektif dan pengalaman yang dibawa atau dimiliki mahasiswa ke dalam program, dan pendekatan mereka yang berbeda secara budaya terhadap kolaborasi dan kerja kelompok.
Selain itu, agar pembelajaran antarbudaya dapat terjadi, kegiatan-kegiatan tersebut perlu mengajak mahasiswa untuk merenungkan nilai-nilai dan perilaku mereka sendiri dan orang lain, serta bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi kolaborasi lintas budaya dalam kelompok mereka.
Pembelajaran internasional dan antarbudaya dapat ditingkatkan secara cepat dengan menggunakan mobilitas fisik, tetapi perspektif global juga dapat diajarkan dan dipelajari oleh mahasiswa yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar di luar negeri atau terlibat dalam mobilitas virtual.