Jumat, 20 Sep 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Waktu Guru dan Professional Burnout
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Jumat , 09 Aug 2024 - 19:39
waktu guru dan professional burnout oleh: salman hanafi*) kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. pendidikan yang berkualitas tidak hanya menciptakan individu yang cerdas, berkarakter dan berpengetahuan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global. salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah guru. peran guru sangat vital karena mereka adalah agen utama dalam proses belajar mengajar. baca juga:analisis kelayakan; langkah cerdas calon kepala daerah namun, untuk dapat menjalankan peran ini dengan baik, guru memerlukan waktu yang cukup untuk berbagai aktivitas pendidikan. iwan pranoto, guru besar matematika institut teknologi bandung dalam esainya yang berjudul waktu guru, memaparkan bagaimana hubungangan waktu guru dengan kualitas pendidikan. apabila diukur dari sekadar waktu interaksinya dengan murid di kelas, tugas seorang pendidik tak memerlukan waktu yang lama. di sisi lain, ia harus menyiapkan pengajaran selanjutnya, merancang dan memeriksa tugas murid, mengembangkan diri, dan lainnya di luar waktu interaksinya dengan murid. baca juga:sdn bima gelar kegiatan pramuka, bagikan ratusan nasi kotak di beberapa lokasi tak sedikit guru di indonesia harus bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya. selain mengajar di kelas, mereka juga diharuskan menyusun rencana pelajaran, memeriksa pekerjaan rumah, menyiapkan ujian, serta mengisi laporan administratif. di luar tugas mengajar, guru juga sering terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler, program bimbingan belajar, dan berbagai aktivitas sekolah lainnya, termasuk secara rutin harus mengerjakan di rumah saat malam atau dini hari. lalu, apakah waktu saat sekarang masih merupakan harta paling berharga dari seorang guru? tulisan ini menunjukkan bahwa pascacovid-19, premis menghargai waktu guru secara perlahan menjadi sebuah tantangan sekaligus khayalan. tindakan menyepelekan waktu guru justru menjadi semakin wajar. tindakan tak menghargai waktu guru bukan saja dilakukan oleh mereka di luar dunia pendidikan, bahkan lembaga pendidikan dan sesama pendidik sendiri paling sering melecehkan waktu guru. baca juga:66 mahasiswa feb ugj raih gelar cap menurut sebuah studi oleh federasi serikat guru indonesia (fsgi), rata-rata guru di indonesia bekerja sekitar 50 hingga 60 jam per minggu. ini jauh melebihi standar waktu kerja yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 40 jam per minggu. beban tambahan ini sering kali tidak dibarengi dengan kompensasi yang memadai, sehingga banyak guru merasa kelelahan dan tertekan. dampak penambahan beban guru dengan tugas administrasi di luar jadwal kerja antara lain terjadinya professional burnout atau keletihan profesi. bahkan, keletihan profesional ditemukan lebih tinggi pada pendidik wanita (ozamiz-etxebarria et al. 2023). mengejutkannya, terjadinya keletihan profesional di jajaran pendidikan dilaporkan lebih prevalent atau menyebar ketimbang di jajaran pelayan kesehatan. baca juga:bapak teknologi indonesia *pilar utama dalam kehidupan waktu ibarat pedang. sebagaimana mahfudzot atau pepatah berbahasa arab “alwaqtu kassaif, fain lam taqtha huqatha ‘aka” yang bermakna waktu ibarat pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, dia akan menebasmu. sama dalam profesi keguruan waktu merupakan pilar utama. bagaimana seorang guru mengelola waktunya, termasuk waktunya di luar jam kerja, akan secara langsung menentukan mutu pengajaran dan pengalaman belajar yang dialami muridnya. maka, konsekuensinya, bagaimana institusi pendidikan sampai negara memahami pengelolaan waktu oleh guru ini akan berbanding lurus dengan bagaimana penghargaan negara terhadap profesi guru dan, ujungnya, pada mutu pendidikan secara umum. baca juga:beradaptasi dengan perkembangan teknologi dalam menggeluti profesi keguruan, seorang guru harus secara berkelanjutan menjajaki berbagai hal baru yang dapat memperkaya keilmuan serta kecakapan mengajarnya. namun perlu dicatat juga jangan sampai mengorbankan waktu guru sebagai keluarga. ini yang sering terjadi sejak wabah covid-19 datang. wabah ini berhasil memaksa manusia berkenalan sekaligus melahirkan tradisi berinteraksi secara maya dengan manusia lain. interaksi jarak jauh menjadi sebuah kewajaran. positifnya, sejak wabah itu, pendidik menikmati kesempatan berinteraksi seperti mengikuti seminar daring di tempat beda benua dan beda waktu. batasan ruang, waktu, dan biaya diruntuhkan oleh wabah covid-19. baca juga:teknologi apa yang sangat berpengaruh di era digital? berbagai pertemuan dan diskusi akademik dengan topik kekinian dapat diikuti para pendidik dari rumah. guru pun mendapat berbagai pengalaman baik mengajarnya dalam diskusi profesi di berbagai tempat. keberhasilan membawa kegiatan pengembangan profesi guru ke dalam rumah ini harus diakui berdampak positif bagi profesi keguruan. namun, yang sering luput untuk disorot, ada harga mahal yang harus dibayar guru terhadap kemudahan berinteraksi melalui dunia maya. fasilitas komunikasi dan interaksi daring secara perlahan telah mewajarkan tindakan menyepelekan waktu guru dan, ujungnya, menambah beban para guru. baca juga:biro otda setda provinsi jabar turun tangan, cek kelengkapan berkas caleg terpilih bahkan, setelah wabah sudah sirna, tindakan tak menghargai waktu guru ini terus berlanjut dan, bahkan, semakin menjadi-jadi. perlu dicatat pula, sekarang administrasi semakin sering memberikan penjelasan sebuah aturan secara tak tertulis, tetapi melalui kegiatan daring dan direkam menjadi video. para guru harus menyimak sajian yang sering kali secara daring. budaya tulisan telah bergeser menjadi budaya video. kemendikbud pun memfasilitasi dengan adanya “pertemuan guru konten creator. tidak heran jika yang sering dibagikan sekarang bukan lagi tulisan, tetapi salindia presentasi yang berpuluhan lembar. misalnya, jika menanyakan sesuatu seperti kurikulum, pihak birokrasi akan merujuk pada salindia presentasi, bukan tulisan lagi. baca juga:penangkapan terduga teroris di stasiun solo balapan, daop 3 cirebon tingkatkan kewaspadaan pelaksanaan rapat di luar jam kerja menjadi sebuah kewajaran. bahkan, kewajaran ini juga terjadi di luar dunia pendidikan. bukan itu saja, rapat juga tak jarang diadakan di akhir pekan atau hari besar. bahkan, kegiatan pertemuan administrasi dapat diadakan secara tatap muka di luar jam kerja. hari ini, hal-hal ini semua telah diwajarkan. waktu guru yang sebelumnya dihormati, sekarang diabaikan. menyedihkannya, sesama pendidik sendiri yang justru mewajarkan penyepelean waktu guru itu. batas antara waktu yang dapat dikelola oleh guru sendiri dan waktu yang dikelola manajemen dan birokasi menjadi kabur bahkan hilang. baca juga:camat mengaku kesulitan kembangkan potensi di kecamatan pekalipan hari ini, merupakan sbuah kewajaran jika pihak manajemen mengirim pesan di malam hari atau pada akhir pekan, dan guru diharapkan segera menanggapinya. dengan dalih “professional” guru sekarang harus available atau siap menjalankan perintah. di waktu bersamaan, ekspektasi terhadap guru semakin tinggi. apakah praktik yang sedang diwajarkan ini searah dengan hakikat profesi keguruan? apakah praktik ini akan membawa kebaikan bagi para siswa? *penghargaan baca juga: alang-alang dan pohon kawasan pacuan kuda kuningan sengaja dibakar profesi guru adalah profesi yang sangat penting namun penuh dengan tantangan. beban kerja yang berat, tekanan dari berbagai pihak, dan kurangnya waktu untuk diri sendiri dapat menyebabkan kelelahan profesi. tiap guru harus dipastikan memiliki keluwesan dalam mengelola waktunya. ini syarat utama agar para murid berpeluang mengalami pembelajaran yang dirancang secara optimum oleh guru. untuk itu, perlu ada upaya sungguh-sungguh membudayakan penghargaan bagi waktu guru. tiap institusi pendidikan perlu mengusung kebijakan yang melindungi waktu guru dalam pengembangan diri sekaligus memenuhi kebutuhan pribadinya. otonomi guru mengelola waktu merupakan syarat utama dalam pengelolaan pendidikan. dengan begitu, guru dapat menjalankan peran mereka dengan lebih baik dan terhindar dari kelelahan profesi yang merugikan. baca juga:tata kawasan trusmi sebagai destinasi wisata, jadi malioboro-nya cirebon administrasi pendidikan perlu mengedepankan isu keletihan profesi ini. khususnya, jika pengerdilan terhadap waktu guru tak ditangani, berbagai masalah baru akan mengekor sejumlah isu klasik yang sudah ada, seperti kebutuhan ekonomi, tuntutan profesionalisme, dan kebugaran jiwa. dan untuk guru-guru indonesia jangan lupa bahagia! (*) *guru sdit al falah kota cirebon
1
2
3
4
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 10 Agustus 2024
Berita Terkini
Prioritaskan Tujuh Isu Strategis Tahun 2025
Kabupaten Cirebon
11 menit
ASN dan Kuwu Teken Pakta Integritas
Kabupaten Cirebon
12 menit
Realisasi Investasi di Bawah Target
Kabupaten Cirebon
13 menit
Pleno Sempat Diskorsing Dua Jam
Kabupaten Indramayu
49 menit
Awali Acara Hari Jadi Ke-497, Pemkab Gelar Kirab Pusaka
Kabupaten Indramayu
49 menit
Berita Terpopuler
Tiga Eselon II Pemkab Cirebon Bakal Digeser, Total 15 Orang Jalani Ujikom
Headline
22 jam
Tolak MLB NU, PCNU Kabupaten Cirebon Audiensi dengan Polresta Cirebon
Headline
23 jam
PBNU dan PKB: Dewasalah!
Wacana
22 jam
Tiga Calon Pj Sekda Kota Cirebon
Metropolis
22 jam
Amal yang Tak Jelas
Wacana
22 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Melesat, Tempati Peringkat 129 Dunia dan Siap Lolos Piala Dunia 2026
All Sport
1 jam
PON XXI Aceh-Sumut Hari Ini Terakhir, Apakah Jawa Barat Jadi Juara Umum Lagi? Berikut Infonya
All Sport
2 jam
Penyaluran BBM Subsidi Masih Menjadi Polemik, Begini Kata BPH Migas
Nasional
7 jam
Mitigasi Bencana Harus Disosialisasikan, Pj Gubernur Jabar: Itu Sangat Penting
Jawa Barat
7 jam
IKN Terbuka Untuk Umum, Berikut Panduan dan Cara Daftar Kunjungan
Nasional
1 hari