Waktu Guru dan Professional Burnout
BACA JUGA:Teknologi Apa yang Sangat Berpengaruh di Era Digital?
Berbagai pertemuan dan diskusi akademik dengan topik kekinian dapat diikuti para pendidik dari rumah. Guru pun mendapat berbagai pengalaman baik mengajarnya dalam diskusi profesi di berbagai tempat.
Keberhasilan membawa kegiatan pengembangan profesi guru ke dalam rumah ini harus diakui berdampak positif bagi profesi keguruan.
Namun, yang sering luput untuk disorot, ada harga mahal yang harus dibayar guru terhadap kemudahan berinteraksi melalui dunia maya.
Fasilitas komunikasi dan interaksi daring secara perlahan telah mewajarkan tindakan menyepelekan waktu guru dan, ujungnya, menambah beban para guru.
BACA JUGA:Biro Otda Setda Provinsi Jabar Turun Tangan, Cek Kelengkapan Berkas Caleg Terpilih
Bahkan, setelah wabah sudah sirna, tindakan tak menghargai waktu guru ini terus berlanjut dan, bahkan, semakin menjadi-jadi.
Perlu dicatat pula, sekarang administrasi semakin sering memberikan penjelasan sebuah aturan secara tak tertulis, tetapi melalui kegiatan daring dan direkam menjadi video. Para guru harus menyimak sajian yang sering kali secara daring.
Budaya tulisan telah bergeser menjadi budaya video. Kemendikbud pun memfasilitasi dengan adanya “pertemuan guru konten creator.
Tidak heran jika yang sering dibagikan sekarang bukan lagi tulisan, tetapi salindia presentasi yang berpuluhan lembar. Misalnya, jika menanyakan sesuatu seperti kurikulum, pihak birokrasi akan merujuk pada salindia presentasi, bukan tulisan lagi.
BACA JUGA:Penangkapan Terduga Teroris di Stasiun Solo Balapan, Daop 3 Cirebon Tingkatkan Kewaspadaan
Pelaksanaan rapat di luar jam kerja menjadi sebuah kewajaran. Bahkan, kewajaran ini juga terjadi di luar dunia pendidikan.
Bukan itu saja, rapat juga tak jarang diadakan di akhir pekan atau hari besar. Bahkan, kegiatan pertemuan administrasi dapat diadakan secara tatap muka di luar jam kerja.
Hari ini, hal-hal ini semua telah diwajarkan. Waktu guru yang sebelumnya dihormati, sekarang diabaikan. Menyedihkannya, sesama pendidik sendiri yang justru mewajarkan penyepelean waktu guru itu.
Batas antara waktu yang dapat dikelola oleh guru sendiri dan waktu yang dikelola manajemen dan birokasi menjadi kabur bahkan hilang.