Jumat, 15 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Apalah Arti Sebuah Gelar
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Selasa , 23 Jul 2024 - 17:27
Ilustrasi gelar haji.-istimewa-
apalah arti sebuah gelar oleh: muhamad hijar ardiansah* baru-baru ini publik dikejutkan dengan sikap geni faruk, ibunda atta halilintar, yang ngotot meminta thariq halilintar, putranya, untuk dipanggil dengan gelar haji. hal ini memicu kontroversi dan memunculkan pertanyaan: apakah penyematan gelar haji merupakan fenomena gila hormat? gelar haji merupakan sebuah penanda bagi umat islam yang telah melaksanakan ibadah haji. ibadah haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilakukan bagi yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. baca juga:kader demokrat protes, surat tugas diberikan kepada ayu menyandang gelar haji tentu menjadi sebuah kebanggaan dan pencapaian bagi mereka yang telah melaksanakannya. karena dahulu perjalanan menuju ke tanah suci bagi orang nusantara (indonesia) adalah perjuangan yang berat, karena harus mengarungi lautan, menerjang badai berbulan-bulan, menghindari perompak, hingga menjelajah gurun pasir. menurut dosen ilmu sejarah, departemen ilmu sejarah fakultas ilmu budaya (fib) unair, moordiati, s.s., m.hum., menjelaskan bahwa pada zaman dahulu masyarakat dari nusantara yang melaksanakan ibadah haji tidak memerlukan izin dari pihak mana pun. pelaksanaan haji pada masa itu lazimnya menggunakan transportasi kapal laut. hal ini, membuat haji memiliki risiko yang besar dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. baca juga:pantai baro gebang dibuka lagi, tapi ada tarif masuknya, ini besaran tarifnya selain itu perjalanan yang jauh dan panjang, persyaratan yang tidak mudah, membuat haji menjadi sebuah perjalanan ibadah yang semakin penting dan tidak semua orang bisa melakukannya. sehingga orang yang berhasil melalui ujian tersebut, dan berhasil kembali selamat ke tanah air, kemudian dianggap berhasil mendapat anugerah dan kehormatan, apalagi ka’bah dan mekkah adalah kiblat suci umat islam sedunia. itulah mengapa dalam perkembangannya kemudian di indonesia lazimnya ada pemberian gelar bagi mereka jemaah haji usai menunaikan ibadah di tanah suci. masyarakat menambahkan kata “haji” atau “hajjah” saat menyebut nama mereka. perlu diketahui bahwa pada masa pemerintah kolonial, penyematan gelar haji juga punya kisahnya tersendiri. pada masa itu karena takut akan pengaruh haji bagi gerakan anti-penjajahan, pemerintah kolonial belanda berusaha untuk membatasi jamaah haji dengan berbagai cara. baca juga:tahun ini di bangun tpas regional di desa walahar, kabupaten cirebon sebagai tuan rumah, segini luas salah satu caranya adalah dengan membuka konsulat jenderal pertama di arabia pada 1872. tugas konsulat ini adalah mencatat pergerakan jamaah dari hindia belanda, dan mengharuskan mereka memakai gelar haji sebagai penanda. melalui peraturan itu, masyarakat nusantara yang tidak mengikuti prosedur dari pemerintah kolonial akan diberikan denda. akan tetapi saat ini ibadah haji telah mengalami pergeseran makna dengan zaman pemerintah kolonial. karena saat ini sudah tidak ada lagi kewajiban seperti zaman dahulu untuk menyematkan gelar haji pada seseorang ketika orang itu sudah melaksanakan ibadah haji. meskipun sudah tidak ada kewajiban lagi, karena penyematan gelar haji ini sudah menjadi budaya, masyarakat indonesia tetap menyematkan gelar haji pada seseorang yang sudah melaksanakan ibadah haji. baca juga:berikan pelayanan jarak jauh, jadikan balai pertemuan sebagai balai desa kedua bagi sebagian masyarakat indonesia, gelar haji dianggap sebagai bentuk prestise atau status sosial yang dihargai, sehingga tidak jarang ada yang merasa tersinggung jika tidak dipanggil dengan gelar tersebut setelah pulang dari tanah suci. menurut laman resmi kementerian agama (kemenag), antropolog uin syarif hidayatullah jakarta, dadi darmadi, mengatakan bahwa penyematan gelar haji bisa dilihat dari tiga perspektif. pertama, secara keagamaan, haji adalah perjalanan untuk menyempurnakan rukun islam. perjalanan yang jauh dan panjang, biaya yang mahal, persyaratan yang tidak mudah, membuat haji menjadi sebuah perjalanan ibadah yang semakin penting dan tidak semua orang bisa melakukannya. baca juga:inflasi terjaga, harga stabil untuk itulah gelar haji dianggap layak dan terus disematkan bagi mereka yang sudah berhasil melakukannya. kedua, secara kultural, narasi dan cerita-cerita menarik, heroik, dan mengharukan selama berhaji juga terus berkembang menjadi cerita popular, sehingga semakin banyak orang tertarik naik haji. sebagian besar tokoh-tokoh masyarakat juga bergelar haji. cerita-cerita ini terus bersambung hingga kini sehingga menjadi semacam genre tersendiri sebagai memoir. ketiga, dari perspektif kolonial, penyematan gelar haji juga punya ceritanya tersendiri. pada waktu itu karena takut akan pengaruh haji bagi gerakan anti-penjajahan, pemerintah kolonial belanda berusaha untuk membatasi jamaah haji dengan berbagai cara. baca juga:pj walikota disambut tarian saman siswa smp islam al azhar, monotoring mpls salah satu caranya adalah dengan membuka konsulat jenderal pertama di arabia pada 1872. tugas konsulat ini adalah mencatat pergerakan jamaah dari hindia belanda, dan mengharuskan mereka memakai gelar dan atribut pakaian haji agar mudah dikenali dan diawasi. saat ini dalam beberapa kasus, gelar haji sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. ada orang-orang yang memamerkan gelar haji mereka, seolah-olah itu adalah simbol status sosial yang lebih tinggi. sikap ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai islam yang mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati. kasus geni faruk dan thariq halilintar menjadi contoh nyata dari fenomena ini. geni faruk terlihat begitu terobsesi dengan gelar haji putranya, bahkan sampai menegur mc acara lamaran thariq yang tidak menyebut gelar haji tersebut. sikap ini memicu reaksi dari berbagai pihak, yang menganggapnya sebagai sikap sombong dan gila hormat. baca juga:jelang sidang pk saka tatal, pn cirebon masih irit bicara namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang menggunakan gelar haji memiliki niat yang buruk. bagi sebagian orang, gelar haji adalah sebagai pengingat diri untuk selalu menjaga ketaatan dan menjalankan ibadah dengan lebih baik. hal ini sesuai yang disampaikan oleh dai muda ustadz adi hidayat (uah), yang dikutip dari situs liputan6.com. menurutnya, penyematan panggilan “haji” atau “hajjah” bukanlah sebuah gelar kehormatan, melainkan sebuah pengingat bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji. serta ia menegaskan bahwa panggilan tersebut mengingatkan seseorang untuk menjaga perilaku dan ibadahnya. sekali lagi uah kembali menegaskan bahwa makna mendalam dari panggilan "haji" atau "hajjah" adalah untuk memastikan bahwa mereka yang telah menunaikan ibadah haji tidak kembali kepada perilaku buruk yang telah mereka tinggalkan. selain itu, melansir dari tvonenews.com, menurut pandangan salah satu pendakwah, yakni buya yahya. dalam suatu ceramahnya, buya yahya menilai panggilan “haji” atau “hajjah” ini memang selalu menjadi perdebatan dan bisa memicu permusuhan. baca juga:momen hba, kejari kota cirebon gelar kegiatan sosial pengasuh pondok pesantren (ponpes) al bahjah cirebon itu menganggap orang yang dipanggil “haji” atau “hajjah” bisa menjadikan seseorang termotivasi untuk berubah. tak hanya berubah, buya yahya berpendapat agar seseorang mendapat gelar tersebut dijadikan semangat untuk bisa kembali pergi ibadah haji. lalu, bagaimana kita menyikapi fenomena ini? penting sekali kita memahami sejarah dan budaya di balik penyematan gelar haji di indonesia. gelar haji dulunya memiliki makna sebagai penanda bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji yang penuh perjuangan dan pengorbanan. gelar ini juga menjadi simbol kehormatan dan prestise di masa lampau. baca juga:rapat besar jelang sidang pk saka tatal, titin: ada banyak hal yang dibahas di sisi lain, perlu diingat bahwa dalam islam, haji merupakan ibadah yang mulia dan memiliki makna spiritual yang mendalam. menyandang gelar haji seharusnya menjadi pengingat bagi jamaah haji untuk terus meningkatkan ketaatan dan menjalankan ibadah dengan lebih baik. selanjutnya, tidak seharusnya gelar haji digunakan sebagai simbol status sosial atau untuk mencari pengakuan. sikap sombong dan gila hormat dalam menggunakan gelar haji bertentangan dengan nilai-nilai islam yang mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati. fenomena kasus geni faruk dan thariq halilintar dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. kita perlu menggunakan gelar haji dengan bijak dan tidak berlebihan. baca juga:hediyana: pengaturan jadwal lebih merepotkan kita juga harus fokus pada makna spiritual dari ibadah haji dan menjadikannya sebagai motivasi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. fenomena penyematan gelar “haji” atau “hajjah” di indonesia memiliki kompleksitas sejarah, budaya, dan agama. kita perlu menyikapinya dengan bijak dan penuh pemahaman, dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai islam yang mulia. semoga dengan menyikapi fenomena ini dengan bijak, kita dapat memperkuat ukhuwah islamiyah dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita semua. (*) *penulis adalah mahasiswa kpi uin siber syekh nurjati cirebon
1
2
3
4
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 24 Juli 2024
Berita Terkini
Indonesia vs Jepang: Saatnya Kalahkan Raksasa Asia!
Headline
11 jam
Peringati Hari Pahlawan, Masjid Raya Attaqwa Gelar Aneka Lomba
Metropolis
11 jam
Parkir di Trotoar Masih Marak
Metropolis
11 jam
Osmosis Tawarkan Malam Tahun Baru Seperti di Korea
Metropolis
11 jam
Dukungan untuk Menangkan Eti-Suhendrik Terus Mengalir
Metropolis
11 jam
Berita Terpopuler
Timnas Indonesia Gondol Poin Berapa Jika Menang Lawan Jepang? Berikut Info Lengkapnya
All Sport
19 jam
Dukungan untuk Menangkan Eti-Suhendrik Terus Mengalir
Metropolis
11 jam
RSD Gunung Jati Cirebon Tangani 2 Pasien Korban Judi Online, Begini Kondisinya
Headline
12 jam
Idola Klaim Taati Aturan Debat
Aneka Berita
12 jam
Peringati Hari Pahlawan, Masjid Raya Attaqwa Gelar Aneka Lomba
Metropolis
11 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
3 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
4 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
4 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
1 bulan
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan