Pelajaran dari Perjalanan Hijrah Nabi
ilustrasi--
BACA JUGA:Portugal vs Prancis: Duel Eropa Sesungguhnya
Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau juga menginginkannya?” Jawab Nabi, Ya.” Kemudian Abu Bakar menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Nabi SAW. Ia lalu membeli dua ekor unta dan dipeliharanya selamanya empat bulan.
Setelah kaum Quraisy mengetahui Nabi SAW telah memiliki pendukung dari luar Makkah dan khawatir akan menghimpun kekuatan dari luar Makkah. Maka, kaum Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Nadwah (rumah Qushayyi bin Kilab) untuk membahas apa yang harus dilakukan terhadap Muhammad SAW.
Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk mengambil seorang pemuda yang perkasa dari setiap kabilah Quraisy. Kepada setiap pemuda itu diberikan sebilah pedang untuk bersama-sama membunuh Muhammad SAW, agar Bani Abdi Manaf tidak berani melancarkan serangan terhadap orang Quraisy. Setelah ditentukan pelaksanannya, Jibril AS datang kepada Nabi memerintahkan berhijrah dan melarang tidur di tempat tidurnya pada malam itu.
Kemudian Nabi SAW menemui Ali bin Abi Thalib dan memerintahkannya untuk menunda keberangkatan hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan orang lain yang ada pada Nabi SAW. Pada masa itu setiap orang Makkah yang merasa khawatir terhadap barang miliknya mereka menitipkan kepada Nabi karena mengetahui kejujuran dan kesetiaan beliau dalam menjaga barang-barang amanat.
BACA JUGA:Spanyol vs Jerman: Final Ulangan 2008
Sementara Abu Bakar memerintahkan anak laki-lakinya, Abdullah, supaya menyadap berita yang dibicarakan orang banyak di luar, untuk disampaikan pada sore harinya kepadanya. Kepada bekas budaknya, Amin bin fahirah, Abu Bakar memerintahkan menggembalakan dombanya di siang hari dan sore harinya digiring ke gua untuk diambil susunya dan menghapus jejak. Kepada Asma, Abu Bakar menugasinya untuk membawakan makanan pada setiap sore.
Pada malam hijrah, orang-orang musyrik telah menunggu di pintu Nabi SAW. Mereka mengintai hendak membunuhnya, tetapi Nabi lewat di hadapan mereka dengan selamat, karena Allah telah mendatangkan rasa kantuk yang sangat. Sementara Ali bin Abi Thalib dengan tenang tidur di tempat tidur Nabi SAW.
Nabi SAW bersama Abu Bakar berangkat meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 Shafar tahun 14 dari kenabian, menuju gua Tsur. Kemudian Abu Bakar memasuki gua terlebih dahulu untuk melihat keadaan barangkali di dalamnya ada binatang buas atau ular. Di gua inilah keduanya menginap selama tiga hari.
Setelah mengetahui keberangkan Nabi SAW, orang-orang musyrik mencarinya dengan mengawasi semua jalan ke arah Madinah dan memeriksa setiap persembunyian, bahkan sampai di depan gua Tsur. Mendengar langkah kaki orang-orang musyrik Abu Bakar merasa khawatir, hingga Nabi SAW menenangkannya, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua saja. Sesungguhnya Allah beserta kita.”
BACA JUGA:DPR Dorong Menkominfo Mundur
Setelah tidak ada lagi yang mencari, dan setelah datang Abdullah bin Uraiqith sebagai pemandu jalan, berangkatlah Nabi bersama Abu Bakar menyusuri jalan rahasia menuju Madinah.
Perjalanan Nabi dan Abu Bakar menuju Madinah diketahui Suraqah bin Ja’tsam. Ia segera mengejarnya dengan harapan mendapatkan hadiah besar dari kaum Quraisy sebagai sayembara jika dapat menangkap Muhammad dan Abu Bakar.
Ketika telah sampai di dekat Nabi tiba-tiba kuda Suraqah tersungkur dan dia pun terpelanting. Kemudian dia bangun dan mengejar kembali sampai mendengar bacaan Nabi SAW. Berkali-kali Abu Bakar menoleh ke belakang, sementara Nabi berjalan terus dengan tenang. Setiap kali sampai di dekat Nabi SAW Suraqah terpelanting dari kudanya, hingga dia berteriak memanggil minta diselamatkan.
Tatkala Nabi dan Abu Bakar menghampirinya Suraqah meminta maaf dan mohon supaya Nabi berdoa memohonkan ampunan untuknya dan menawarkan bekal perjalanan. Nabi meminta kepada Suraqah untuk tidak menyebarkan informasi tentang Nabi SAW. Maka pulanglah Suraqah. Dan setiap kali bertemu dengan orang-orang yang mencari Nabi, dia selalu menyarankan supaya kembali saja.