Ada Apa dengan Ucapan?
ilustrasi--
BACA JUGA:Tingkatkan Daya Saing,102 Pelaku UMKM Ikuti Kick Off UMKM Naik Kelas
Hati yang seharusnya menggerakkan, yang mengelola semua ucapan yang pantas dikeluarkan dan lisan menahan ucapan yang tidak sepantasnya dikeluarkan.
Saat ini lisan menjadi sangat mudah mengeluarkan ucapan (biasanya dalam bentuk teks tulis). Ucapan menjadi mudah karena fasilitas yang dapat digunakan sembarang orang, sembarang waktu, dan sembarang juga orang yang membacanya.
Komentar-komentar yang bermunculan sangat banyak yang tidak melalui saringan hati bersih atau mungkin hati kita yang jarang dibersihkan. Padahal penjagaan hati itu sangat pokok, harus dilakukan setiap saat.
Lingkungan menjadikan berkemungkinan kita terpengaruh dengan mudah. Sentuhan tangan membuka sekian kemungkinan yang dapat membawa ke arah kebaikan atau ke arah kejahatan.
BACA JUGA:Dapat Surat Tugas dari Demokrat, Yanuar Akan Berdiskusi Tentukan Pendamping
Ragam informasi menawari kita mengeluarkan komentar. Aplikasi di tangan mendorong kita mengeluarkan ucapan sekehendak, sesuai dengan keinginan tanpa memperhitungkan posisi orang lain yang tersentuh dengan ucapan itu.
Ucapan seharusnya tidak mengganggu keharmonisan. Bahkan seharusnya mempererat keharmonisan. Ucapan-ucapan itu tidak boleh memecahkan hubungan baik di antara kita.
Ucapan itu harus menjadi bagian dari peningkatan kehormatan kita. Kesalahan berucap dapat mencelakakan penghujan dan yang terkena ujaran.
Ucapan baik dapat meningkatkan harga diri, dapat menjadi kepercayaan orang lain. Kualitas ucapan seharusnya sejalan dengan posisi pengujar.
BACA JUGA:Pengawas Haji DPR Kecam Garuda
Ucapan pejabat berpengaruh terhadap banyak orang; baik dan buruknya. Kesalahan ucapan pejabat memicu komentar rakyat, dan ucapanya yang baik dapat menentramkan rakyat.
Oleh karena itu, pejabat harus memperhatikan setiap ucapannya, harus melalui timbangan yang sangat lama dan dari berbagai unsur agar muncul dari lisan nya perkataan baik, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu.” [Al-Ahzab/33 : 70-71].
Ada dengan ucapan? Jagalah hati agar lisan hanya mengeluarkan perkataan baik. Perkataan meminta pertanggungjawaban dengan perilaku atau pembuktian atas kata-kata.
Oleh karena itu, berhati-hatilah mengeluarkan ucapan. Ucapan itu akan kembali kepada kita, “Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya.