Ada Apa dengan Ucapan?
ilustrasi--
BACA JUGA:Drawing Piala Dunia 2026, Erick Thonir: Memang Berat, tapi Bola Itu Bundar
Nama yang disebut karena banyak tulisannya atau kedudukannya (jabatannya), atau ketokohannya. Dalam hal-hal umum penulis/pembicara menyebutkan nama yang telah dikenal oleh mitra bicaranya.
Nama yang sudah umum sesuai dengan materi pembicaraannya. Pembicara/penulis menyebut nama dengan harapan pendengar/pembaca dapat menerima gagasannya, mudah menerima tawarannya.
Tujuan utama ucapan sesungguhnya mempengaruhi pembaca/pendengar agar mau menerima tawaran yang disajikannya. Oleh karena itu, unsur bahasa menjadi penting sebagai duta isi kepala, isi hati pengucap.
Tujuan selalu muncul dari pengucap, penulis. Akan tetapi, kalimat mungkin juga bukan berasal daripadanya.
BACA JUGA:PUSS TPS 14 Panjunan Kota Cirebon, Suara PAN Nambah 1
Olahan gagasan disampaikan dengan menyebutkan nama tokoh yang ucapannya dikenal, misalnya mengutip pendapat Bung Karno, Bung Hatta, B.J. Habibie, K.H. Agus Salim, HAMKA, dan sebagainya.
Penyebutan itu sejalan dengan tujuan ucapan, yaitu kebaikan karena kutipan berasal dari orang-orang baik. Mungkin juga ucapan orang baik dijadikan mendukung terhadap tujuan yang tidak baik, dimaksudkan untuk membujuk (mungkin menipu).
Perkataan yang tersajikan dengan baik (struktur dan pilihan katanya memikat) bisa digunakan untuk maksud lain. Mitra ucap terkadang tidak menyadari bahwa ucapan itu tidak dimaksudkan seperti yang terdapat pada ucapan itu.
Ucapan itu dapat diarahkan ke mana pun bergantung kepada penggunanya. Kata-kata itu akan taat kepada pengguna. Mereka akan menyampaikan keinginan pengguna tanpa penolakan.
BACA JUGA:Penanganan Kasus Pasar Cigasong Dilimpahkan ke Kejari Majalengka
Tugas kata-kata adalah menyampaikan keinginan pengguna. Kata-kata telah menyediakan dirinya (Allah telah menyiapkan fasilitas untuk kepentingan manusia untuk menjalankan hidupnya, misalnya, “Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. ( QS. Al-Jatsiya Ayat 13).
Kata-kata itu tunduk kepada manusia atas izin Allah. Manusia menggunakan kata-kata untuk kepentingan dirinya, untuk mengajak orang-orang mengikuti kepentingan dirinya. Begitu juga banyak orang yang menggunakan kata-kata untuk kebaikan.
Terkadang kita lupa dengan kenetralan kata-kata dan ketundukannya, tidak memikirkan akibatnya. Kita terkadang hanya memikirkan kepentingannya tanpa memikirkan kepentingan alat yang digunakan nya.
Kita sering melupakan alat hanya penting pada saat dapat digunakan untuk mengurus kepentingan. Banyak orang yang mengeluarkan kata dari mulutnya, alat ucapnya, bukan dari hatinya.