Edu Heritage Cirebon- Jakarta: Peluang dan Daya Tarik Baru untuk Dua Daerah
Kolaborasi lewat edu heritage Jakarta-Cirebon diharapkan bisa menghadirkan peluang baru dalam pengembangan daya tarik pariwisata yang berlandaskan sejarah dan budaya.-yuda sanjaya-radar cirebon
CIREBON- Kedua daerah ini, memiliki selisih usia 100 tahun. Dipersatukan dengan sejarah yang sama. Era keemasan Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Fatahilah yang mengubah Sunda Kelapa jadi Jayakarta.
Cirebon dan Jakarta terhubung lewat sejarah penaklukan Sunda Kelapa pada 22, Juni 1527 yang kini diperingati sebagai Hari Jadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ).
Raden Fatahilah atas titah mertuanya, Sunan Gunung Jati memimpin pasukan menyerbu Sunda Kelapa yang diduduki Portugis. Dibantu Pangeran Kuningan, Fatahilah kemudian berhasil mengepung Sunda Kelapa. Pasukan koalisi Kesultanan Cirebon-Demak itu datang dari timur-selatan.
Sunda Kelapa terkepung. Pasukan yang lari, dicegat di selatan oleh Pangeran Kuningan yang menurut Carita Purwaka Caruban Nagari adalah anak Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Ong Tien Nio.
BACA JUGA:Saudi Umumkan 1.301 Orang Wafat, 83% Jamaah Tak Resmi
"...sawarsa tumuli Ki Sarip atĕmu tangan lawan putri Ong Tin ing warsa ning Walandi sahasra patangatus wolung dasa pinunjul siji.”
"....karananira sang ayu Raden Kemuning," Itulah kutipan dari halaman 64 Naskah Purwaka Caruban Nagari.
Naskah itu, menceritakan bahwa Pangeran Kuningan adalah anak dari perkawinan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien yang sempat menetap di Luragung.
Singkat cerita, sang pangeran tumbuh dewasa dan menjadi salah satu sosok yang disegani di Kesultanan Cirebon. Sehingga seringkali diberikan misi khusus oleh ayahnya.
Pengepungan Sunda Kelapa itu, menjadi misi sukses yang mengharumkan nama Fatahilah dan Pangeran Kuningan meski dalam sejarah resmi nama Pangeran Kuningan jarang disebut.
BACA JUGA:CSB Mall Siap Meriahkan Cirebon Great Sale
Daerah yang diserbu itu, kemudian berubah nama menjadi Jayakarta. Perubahan nama itu pula yang dijadikan peristiwa untuk penetapan Hari Lahir Jakarta pada 22 Juni 1572.
Penetapan ini, merupakan gagasan dari Walikota Jakarta periode 1953-1958, Sudiro. Sebelum menetapkan tanggal itu, Sudiro meminta 3 orang ahli yakni Mohammad Yamin, Dr Sukanto dan Sudarjo Tjokrosiswoyo melakukan penelitian.
Lantas penelitian tersebut dibuat dalam sebuah laporan dengan judul: "Dari Jayakarta ke Jakarta."
Kisah itu, tentu mempersatukan Cirebon - Jakarta yang memiliki satu narasi sejarah. Namun, kisah heriok tersebut jarang tersampaikan terutama pada Gen Z, Gen Alpha, dan seterusnya.