Restorasi Lingkungan

ilustrasi--

Oleh: Fitri Ainurizki SKep

RESTORASI merupakaan suatu proses untuk membantu memulihkan suatu ekosistem yang telah terdegradasi, telah mengalami kerusakan atau mengalami kehancuran. 

Hal ini merupakan suatu kegiatan yang disengaja dilakukan untuk menginisiasi atau mempercepat proses ekologi.

Restorasi termasuk suatu upaya untuk mengembalikan unsur biotik baik flora maupun fauna serta unsur abiotik (tanah, iklim, topografi dan lainnya) pada kawasan tertentu, sehingga tercapai keseimbangan hayati. 

BACA JUGA:Eksistensi Konten Dakwah

Restorasi ekologi (ekosistem) ini dapat dilakukan melalui penanaman, pengayaan, permudaan alam dan atau pengamanan ekosistem.

Artinya terdapat beberapa alasan, mengapa restorasi harus dilakukan, yakni: pertama lahan yang sehat mendukung eksosistem yang sehat. Kedua degradasi lahan merupakan tantangan besar di seluruh dunia.

Ketiga memulihkan lahan memerlukan pendekatan yang berbeda-beda; keempat restorasi lahan memegang peranan penting dalam pencegahan perubahan iklim, dan kelima pemangku kepentingan lokal adalah aktor utama keberhasilan restorasi lahan. 

Kelima alasan ini menjadi penting, karena ekosistem yang tidak sehat menyebabkan berbagai penyakit yang terus berkembangbiak dan menimbulkan kerugian harta bahkan nyawa. Covid-19 sebagai contoh tahun 2020 masih menghantui penduduk bumi sampai saat ini. 

BACA JUGA:Bersama Menjaga Sinergitas Kota Cirebon

Kesetimbangan ekosistem yang terus terjaga adalah salah satu faktor pendukung untuk menjaga kelestarian kehidupan di bumi, termasuk kehidupan manusia. Degradasi lingkungan tidak hanya “menghantui” negara berkembang, namun seluruh dunia. 

Lingkungan yang terus mengalami tekanan, lambat laun akan memberikan reaksi di luar pemikiran manusia. Banjir di Kabupaten Luwu, sekitar bulan lalu adalah bukti nyata, bagaimana lahan hutan telah bermetamorfosis yang sejatinya sebagai penadah hujan berubah menjadi awal mula bencana yang dampaknya masih terasa sampai saat ini. 

Masih banyak contoh lain dan akan terus terjadi bencana lingkungan yang lebih besar, jika ekosistem hutan hanya dipandang sebagai sumber ekonomi. Bahan tambang yang dimilikinya memang menjadi “gadis cantik” yang terus dilirik oleh investor.

Namun lirikan ini tidak membuat pengambil kebijakan untuk meraup pundi-pundi ekonomi dan kepentingan sesaat untuk tergoda.

Tag
Share