Polisi Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Museum Brooklyn
Demonstran pro-Palestina, meneriakkan, membawa tanda dan mengibarkan bendera, berbaris dari Grand Army Plaza di Brooklyn ke Union Square di Manhattan pada Sabtu, 28 Oktober 2023.-eff Bachner/New York Daily News-radar cirebon
NEW YORK - Kepolisian New York melakukan penangkapan terhadap beberapa demonstran pro-Palestina setelah bentrok di luar Museum Brooklyn, Jumat sore (31/5/2024). Pada saat itu ratusan orang berkumpul untuk mengecam serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama delapan bulan terakhir.
Protes dimulai sekitar pukul 4 sore di Fort Greene, ketika demonstran pro-Palestina berencana melakukan unjuk rasa di dekat Barclays Center sebelum menyerbu Museum Brooklyn untuk mengecam serangan militer Israel yang terus berlangsung.
Sejumlah bentrokan terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di dalam maupun di luar gedung, hingga Museum tersebut memutuskan untuk menutup satu jam lebih awal karena kekacauan yang terjadi.
Pihak pengelola Museum Brooklyn mengonfirmasi bahwa mereka tidak menghubungi kepolisian, namun polisi tiba di lokasi kejadian dan terlibat dalam bentrokan dengan demonstran, yang kemudian mengakibatkan beberapa penangkapan.
BACA JUGA:Tidak Ada Bukti Sabotase
Meski jumlah pasti orang yang ditahan tidak diketahui, Departemen Kepolisian Kota New York melaporkan bahwa sejumlah penangkapan telah dilakukan.
Protes ini berlangsung bersamaan dengan pengumuman Presiden Amerika Serikat Joe Biden terkait tawaran Israel mengenai gencatan senjata baru, sementara serangan terhadap Rafah, sebuah kota di Gaza selatan, terus berlanjut meskipun mendapat kecaman keras dari masyarakat internasional.
Biden menyampaikan bahwa Israel menawarkan kesepakatan tiga fase kepada kelompok Hamas untuk mengakhiri permusuhan di Jalur Gaza. Sementara itu, kecamannya juga ditujukan kepada PM Benjamin Netanyahu untuk menghindari tekanan dari anggota koalisi pemerintahannya yang menentangnya.
Israel telah melanjutkan serangan brutal sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober. Hal ini telah menelan korban, dengan lebih dari 36.200 warga Palestina tewas dan hampir 81.800 lainnya luka-luka, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selama delapan bulan konflik tersebut, Gaza telah hancur di tengah blokade yang menghambat akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
BACA JUGA:Drone Air Senilai Rp190 Juta dari BBWS
Mahkamah Internasional menuduh Israel melakukan genosida, sementara dalam putusan terbarunya, meminta agar operasi di Rafah segera dihentikan. Tempat ini dijadikan perlindungan lebih dari sejuta warga Palestina sebelum diserang pada 6 Mei. Konflik berkepanjangan ini telah menimbulkan keprihatinan global terkait keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut. (antara)