Paoman Art Lestarikan Batik Indramayu dan Berdayakan Perempuan

Pengrajin Galeri Batik Paoman Art Indramayu saat membuat Batik Complongan pada pameran yang digelar KPw BI Cirebon, beberapa waktu lalu.-apridista siti ramdhani-radar cirebon

CIREBON- Tak sekadar melestarikan Batik Complongan khas Indramayu, hadirnya Galeri Batik Paoman Art Indramayu juga turut memberdayakan warga desa sekitar, khususnya para perempuan. Hingga saat ini pengrajin batiknya pun berasal dari warga sekitar. Permintaan Batik Complongan juga sudah menembus pasar luar negeri.

Hadir sejak 1981, generasi kedua penerus Galeri Batik Paoman Art Indramayu, Een Sudiyono, menuturkan bahwa Paoman Art hadir dari keinginan sang ibu untuk melestarikan batik.

Saat itu, belum banyak yang menjual batik. Ditambah sang ibu merupakan sosok wanita yang aktif di berbagai kegiatan. Ia pun mulai menjual kain batik hasil pengrajin batik di Desa Paoman. “Pesanan pun masih dari mulut ke mulut. Tapi di tahun tersebut juga mulai ada permintaan dari Jepang yang tertarik dengan Batik Complongan," ungkap Een Sudiyono.

Penjualan pun semakin berkembang, terutama saat batik menjadi salah satu seragam wajib di pemerintah kabupaten. Permintaan pun kian meningkat. Pengrajin di Desa Paoman pun mulai berkembang. Di tahun 1990 pihaknya pun mulai membuat store dengan berbagai karya pengrajin asli Paoman.

BACA JUGA:Siapkan 40 Pengacara untuk Bantu Bebaskan Pegi Setiawan

Salah satu yang paling khas dijual di sini adalah Batik Complongan. Menjadi unik karena batik ini dibuat dengan cara dilubangi. Complongan merupakan teknik membatik yang sangat unik dengan cara melubangi kain menggunakan jarum hingga membentuk motif dan memiliki ciri khas warna alami.

“Batik Complongan termasuk alam kategori batik tulis. Pembuatannya sendiri membutuhkan total sekitar 6 orang dengan lama pengerjaan elama 2 bulan dari proses batik mentah hingga selesai," jelasnya, belum lama ini.

Meski saat ini sudah banyak teknik yang lebih simpel dan modern yang digunakan untuk membuat batik, namun batik tulis tetap dipilih banyak orang karena memiliki nilai art yang tinggi.

Meski dibuat oleh pengrajin yang sama, batik tulis selalu memiliki hasil dengan motif dan warna yang berbeda sehingga tak pernah memiliki kesamaan dengan batik manapun.

BACA JUGA:Linda-Vina Tak Seperti Cerita Film, Cek Faktanya

“Untuk merawat Batik Complongan, bisa menggunakan sabun khusus atau shampoo saat mencucinya dan jangan jemur batik di bawah terik matahari langsung. Cukup diangin-angin saja agar warna tidak cepat pudar," paparnya.

Dengan permintaan yang terus meningkat, pihaknya juga turut membantu memberdayakan para wanita di Desa Paoman. Tak sedikit mereka yang terbantu untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Guna meningkatkan pelestarian batik, pihaknya pun mulai mengembangkan batik pada berbagai produk kerajinan.

Tahun 2010 pihaknya mengeluarkan sister brand Tekav untuk pengembangan batik Indramayu. Kain batik dihadirkan dalam bentuk baju anak dengan model yang lebih modern hingga tas dan aksesoris lainnya. “Kami juga mulai bergabung menjadi UMKM binaan BI dan mulai mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Seperti 2017 di London dan 2018 di Australia. Ini membantu kami mengenalkan Batik Paoman ke kancah internasional," ungkapnya.

Aktif mengikuti berbagai pameran baik di dalam negeri hingga luar negeri, dengan menjadi UMKM binaan KPw BI Cirebon, ia juga mengaku banyak mendapatkan keuntungan. Mulai dari banyaknya pelatihan yang turut meningkatkan bisnis hingga relasi yang mengantarkan pemasaran lebih luas lagi. Hingga saat ini permintaan dari berbagai negara luar juga terus berdatangan setiap bulannya. Namun ia mengaku belum bisa melayani permintaan ekspor secara mandiri.

Tag
Share