Jumat, 08 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Meminimalisir Hedonisme di Akhir Ramadan
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Minggu , 07 Apr 2024 - 15:50
Ilustrasi--
meminimalisir hedonisme di akhir ramadan oleh: wariah sebuah tradisi di setiap menjelang penutupan puasa di bulan ramadan yaitu maraknya sikap hedonisme yang tidak disadari oleh pelakunya. di mana pasar dan mall jadi tempat tujuan demi mencari perlengkapan kemeriahan di saat lebaran nantinya. ibadah puasa mulai luntur lantaran tidak kuatnya menahan dahaga di tengah kerumunan tempat perbelanjaan. keramaian sudah tidak terbendung di kedua tempat ini, demi perlombaan mencari kebutuhan lebaran. tradisi ini perlu untuk diimbangi akan tujuan bulan ramadan yang dihadirkan kepada kita. tujuan utama itu ialah inginnya mencetak pribadi-pribadi yang sederhana tanpa berlebihan. baca juga:psas desa semplo santuni yatim dan duafa puasa yang kita kerjakan, sebagai ilustrasi untuk menahan segala bentuk tindakan yang berlebihan. peringatan hadits nabi: “puasa adalah untuk-ku semata, dan akulah yang menanggung pahalanya” (bukhari dan muslim). pesan ini menunjukkan bahwa puasa ramadan sifatnya privat (pribadi), kehidupan mewah pada dasarnya tidak bermasalah. namun, pada realita tahunan lebaran ini, bertujuan hanya sekedar menutup rasa malu di tengah perbincangan sosial. sehingga jalannya tidak lain mengumbar kekayaan secara sengaja demi popularitas. jika melihat, fenomena di tengah masyarakat kita, mempercantik rumah dengan warna yang semenarik mungkin agar terlihat menonjol. baca juga:polwan polresta cirebon bagi takjil yang dimasak sendiri lebih menakjubkannya lagi, baju baru serta perhiasan dan kendaraan bermerek menjadi ajang fashion show di saat hari lebaran. jika kita belajar puasa demi menjaga diri untuk lebih baik dalam mengelolah diri terhadap hal foya-foya, maka jangan sampai perihal ini hanya bertahan di awal ramadhan saja dan diabaikan di akhir ramadhan. persiapan lebaran bukan pembenaran untuk melupakan nilai-nilai pendidikan karakter puasa. pasalnya, yang nampak di tengah masyarakat kita, kegiatan persiapan lebaran lebih utama dibandingkan mengoptimalkan ibadah di 10 akhir ramadan. maka tidak heran, lebaran yang ditunaikan setiap tahunan sebagai tempat menampakkan (zahir) kekayaan anggota keluarga. persiapan yang dilakukan pun jauh-jauh hari sehingga terkesan keluarga yang berpunya. baca juga:berburu pahal lailatul qadar dengan iktikaf di sepuluh malam terakhir ramadan fenomenal sosial di tanah air tersebut, sudah menjadi berita tahunan dan rasanya sulit untuk di lebur akan praktek yang menghanguskan pahala. dan pada artinya praktek hedonisme menutup diri untuk tidak memikirkan efektivitas nilai puasa yang telah dikerjakan selama ini. sebuah perenungan dari dan nabi yang berbunyi: “betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari” (hr. ahmad). sangat disayangkan ramadan yang digelar setiap tahunnya hanya memakan korban ghibah di tengah masyarakat akibat mengedepankan prinsip hedonisme. jiwa kesederhanaan baca juga:warga binaan semangat baca alquran di lapas kelas 1 cirebon seseorang memiliki harta banyak merupakan perilaku yang diterima secara sosial. sebab, masing-masing orang dalam mendapatkan harta tentu memiliki maksud tersendiri. ada dijadikan sebagai amal kebaikan, harta dijadikan benda untuk membagi ke sesama, harta dijadikan sebagai barang pajangan dengan tatanan sesuai harga. inilah yang terjadi, mukenah-mukenah baru serta baju takwa yang baru hanya penghias lemari. tuntunan agama islam mengarahkan kemudahan bukan kesukaran. adanya praktek hedonisme menuntut pelakunya untuk berpenampilan yang berlebihan dan membawa pada kesusahan. bagaimana tidak, ada kalanya beberapa orang rela ngutang demi menutupi kekurangan finansial di hari kemeriahan lebaran (idul fitri). bahkan ada yang tidak ingin menghadiri shalat id disebabkan karena masih belum punya pakaian baru. baca juga:jangan berhenti di bahu jalan tol, ini akibatanya kalau berhenti jika hal ini terus berkelanjutan maka tentu akan tetap terjadi kesenjangan sosial dan munculnya fenomena peringkat sosial. dari sini, prinsip kesederhanaan telah diajarkan dari praktek berbuka puasa (iftar). di saat kita berhadapan dengan makanan dan minuman yang lezat apapun, tentu secara sadar akan memakan yang secukupnya saja. inilah pembelajaran berharga di bulan ramadan yang harus juga dipraktekkan menjelang lebaran. nabi muhammad saw menginstruksikan kepada umatnya agar tidak terhipnotis akan indahnya dunia , “menjadi kaya bukan berarti memiliki harta yang banyak. orang yang benar-benar kaya adalah orang yang merasa cukup”, (at-tirmidzi). instruksi ini mendidik jiwa atau mental agar berkiblat kepada yang secukupnya saja, sebagaimana contoh di saat berbuka puasa. makan tidak dan minum sesuai kadar perut. baca juga:80 personel dishub dikerahkan atur lalu lintas mudik lebaran meminimalisir hedonisme menahan lapar dan dahaga sejak adzan subuh hingga adzan maghrib semestinya mampu menumbuhkan empati terhadap penderitaan saudara-saudara kita yang kurang beruntung seperti kita. pada akhirnya momentum berpuasa seharusnya mampu menjadi benteng diri kita dalam kehidupan sehari-hari agar tidak memunculkan sikap hedonis dalam bersosial. menutup ruang untuk menampakkan kekayaan secara berlebihan demi menjaga keharmonisan. segala kegiatan yang kita lakukan didunia ini semata-mata hanya ibadah. konsistensi dalam beribadah akan dapat mudah ditransformasi dalam setiap gerak aktivitas baik perilaku maupun tindakan. baca juga:dari 220 u-turn di jalur pantura, sebanyak 79 u-turn legal dan hanya 34 u-turn yang dibuka dengan meminimalisir sikap hedon dalam kehidupan sehari-hari tentu akan menutup pintu dalam perilaku korupsi. sebab tujuan utama dalam puasa untuk mendidik pesertanya berperilaku menahan hawa nafsu agar tidak memiliki pola hidup glamor dari kesenangan yang menipu. menghindari pola hidup hedon dengan cara kesederhanaan melalui memaksimalkan bulan ramadhan langkah yang tepat. pada akhirnya, jebakan kehidupan yang mampu merusak jati diri manusia telah diberi pelatihan selama sebulan melalui pendidikan puasa ramadan. tidak ada harapan melalui kesempatan ramadan ini selain memaksimalkan potensi diri menjadi lebih baik sebagai jiwa bersahaja dan sederhana. (*) penulis adalah pengurus pkk desa wanantara indramayu
1
2
3
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 08 April 2024
Berita Terkini
Kolaborasi Pengentasan Permukiman Kumuh
Metropolis
4 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
5 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
5 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
5 jam
Mengenal Soerjadi Soerjadarma, Keturunan Kanoman Cirebon yang Jadi Perintis AURI
Headline
5 jam
Berita Terpopuler
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
5 jam
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
9 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
5 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
5 jam
Kuwu Ciwaringin Diberhentikan Sementara, Diduga Selewengkan Dana APBDes
Headline
9 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan