Kamis, 07 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Kapitalisme Religius
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Senin , 01 Apr 2024 - 16:18
Ilustrasi--
kapitalisme religius oleh: subandi mhum kaum muslim tumpah ruah menyambut kedatangan ramadan dengan ragam ekspresi. ramadan -yang juga disebut bulan puasa- sangat istimewa, sebab membawa maslahat begitu banyak dalam kehidupan khususnya kaum muslim. pertama, puasa adalah pensucian diri menghapus dosa dengan berbagai takarannya; dosa besar ataupun dosa kecil. kedua, seorang muslim yang melaksanakannya dengan sangat baik akan mendapatkan ganjaran sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam alquran dalam surah al-baqarah: 185. kendati demikian, dalam perjalanannya, puasa mengalami problem. masalah ini tidak lahir dari ruang hampa, melainkan oleh kondisi tertentu. dalam perbincangan, puasa tentu tidak bermasalah, tetap sama ketika diturunkannya. dalam pelaksanaannyalah seringkali bermasalah. penyebabnya karena kondisi yang menurut penulis diakibatkan oleh kecenderungan manusia pada kesadaran materialisme. baca juga: sudah berikan rekomendasi untuk pembangunan hotel, warga sekitar unjuk rasa, ancam dua bangunan sd tergusur evolusi kesadaran kesadaran manusia seringkali mengalami perkembangan dan dinamika. mulanya, kesadaran berada pada tahapan teologis. pada fase ini, manusia sangat mistik yang meyakini entitas absolut yang disebut tuhan. tuhan diyakini sebagai wujud yang eksis di luar nalar manusia yang memiliki kekuatan mengendalikan jagat raya. konsekuensinya adalah manusia memasrahkan diri untuk tunduk dan patuh pada kewajiban dan kehendak yang telah direncanakan rapi oleh tuhan. berikutnya adalah kesadaran positivistik. kesadaran ini adalah tahapan perkembangan manusia yang disebut auguste comte sebagai tahap kesempurnaan kesadaran manusia. kesadaran positivistik dianggap melampaui kesadaran teologis. manusia pada tahapan ini mencapai sains yang sanggup menjelaskan fenomena dan hukum yang mengatur kejadian alam semesta dan hubungannya dengan manusia dengan metodologi penelitian empiris. baca juga:uu desa direvisi, pamkab cirebon masih menunggu pp dan revisi perda tahapan positivistik ini menariknya telah dikukuhkan sebagai paradigma oleh rezim sains yang mempengaruhi pola hidup manusia secara keseluruhan. itu artinya paradigma positivisme membonsai tatanan kehidupan manusia -termasuk ranah privat- ke arah materialisme. ilmu ekonomi, sosiologi, hukum dan sebagainya diteorikan dengan pendekatan empirik. khusus ekonomi, solusi yang ditawarkan adalah manusia yang ingin bahagia dan sejahtera yaitu dengan memenuhi segala kebutuhannya. syaratnya adalah wajib kaya finansial. dalam kondisi inilah kesadaran kapitalistik muncul. bahwa kesadaran positivisme menyeret manusia ke alam individualisme yang membuka keran kebebasan yang berorientasi melayani konsumsi maksimal dengan akumulasi dan eksploitasi sebesar-besarnya. sebab itu, puasa yang merupakan ibadah privat ikut terseret di dalamnya. baca juga:asyik nih..jabatan kuwu bertambah dua tahun, dana desa naik dan calon tunggal kuwu bisa langsung terpilih kapitalisme religius akibat kesadaran tersebut, puasa dalam manifestasinya mengalami kontradiksi terutama kontradiksi internal pada diri pelaksananya. puasa semula dipahami sebagai ibadah fardhu, namun pasca kesadaran tersebut, puasa terkodifikasi sedemikian rupa untuk target akumulasi besar-besaran demi meraup keuntungan maksimal, yakni pahala berlipat ganda. hal ini tentu menyimpang dari substansi puasa itu sendiri yakni men-challenge diri mengekang sifat materialisme dalam jiwa. baca juga:112 tenaga medis disiapkan, serta pos kesehatan di jalur rawan, pj walikota minta utamakan pelayanan dasar kendati sifat materialistik (makan-minum, berkembang biak dan sebagainya) dibutuhkan untuk keberlanjutan hidup, tapi memberinya ruang seluas-luasnya hanya akan menginvestasi kesadaran kapitalisme untuk jangka panjang. kapitalisme kata yuval noah harari adalah modal kapital yang harus diinvestasikan untuk tujuan produksi. kredo kapitalisme menyebutkan bahwa individualisme dikultuskan, mengakumulasi dan eksploitasi sumber daya apapun diperbolehkan dalam rangka memenuhi keuntungan individu. seseorang yang melaksanakan puasa untuk tujuan pahala semata akan terjebak pada kesadaran ini. dan faktanya, gejalanya sudah bermunculan. pertama, akumulasi. layaknya persaingan pasar, puasa menjadi ruang kompetisi menanamkan modal kapital berupa lahan amalan dan perbuatan. tiap individu akan mengoptimalkan perbuatannya untuk satu tujuan pokok, yakni pahala maksimal. baca juga:jelang lebaran, polisi operasi ratusan botol miras, puluhan knalpot bising dan amankan belasan remaja di bulan ini, intensitas ibadah sangat jauh berbeda dari bulan di luar ramadan. seorang sudah barang tentu akan mengkapitalisasi perbuatannya untuk kepentingan ibadah. mengingat pada bulan inilah pahala ibadah terakumulasi berkali-kali lipat dari bulan biasanya. kedua, eksploitasi. sebagian kita memaknai puasa sebagai ibadah an-sich semata yang terlepas dari tujuan transendental, yakni ridho allah swt. puasa dikerjakan penggugur kewajiban belaka. dari sini puasa sangat hambar. kesadaran kapitalisme yang menguasai tubuh sebelumnya, menyebabkan puasa terkondisikan untuk tujuan pragmatis; pahala berlipat ganda. ibarat kompetisi, puasa menjadi perlombaan setiap individu mengejar pahala berlipat ganda. barangkali dalam konteks ini puasa menjadi tujuan bukan alat. tujuan ketika berpuasa hanyalah mengejar pahala berkali-kali lipat. baca juga:jalan provinsi dan kabupaten sekarang sudah terang, dishub pasang ratusan lampu pju pasca kesadaran kapitalisme, puasa turun kelas. puasa tidak lagi berfungsi sebagai bengkel me-recovery diri menjadi manusia seutuhnya, melainkan membiarkan diri dikuasai oleh nalar kapitalisme. sebab itu, bulan suci ramadan adalah waktu kontemplasi bagi diri untuk menanyakan apakah kita telah menjalankan puasa dengan benar atau hanya berpuasa sontoloyo! apakah kita benar-benar telah sampai pada level religiusitas puasa atau meyakini religiusitas puasa sembari menghalalkan praktek kapitalisme. (*) penulis adalah dosen unu
1
2
3
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 02 April 2024
Berita Terkini
Kolaborasi Pengentasan Permukiman Kumuh
Metropolis
2 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
2 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
3 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
3 jam
Mengenal Soerjadi Soerjadarma, Keturunan Kanoman Cirebon yang Jadi Perintis AURI
Headline
3 jam
Berita Terpopuler
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
6 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
3 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
3 jam
Kuwu Ciwaringin Diberhentikan Sementara, Diduga Selewengkan Dana APBDes
Headline
7 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
2 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan