Institut Padhaku Jalin Kerja Sama dengan NU Tiongkok

JALIN KERJA SAMA: Wakil Rektor Institut Padhaku Segeran Miftahul Fatah meneken MoU dengan PCI NU Tiongkok dan sekaligus bedah buku di Aula Institut Fadhaku Segeran.-istimewa-radar cirebon

INDRAMAYU-Kepercayaan publik terhadap Institut Pangeran Dharma Kusuma (Institut Padhaku) Segeran Juntinyuat Indramayu tidak diragukan lagi. 

Perguruan tinggi di bawah naungan Yayasan Ibu Hj Chodijah (Yabujah) Segeran kini mulai merambah ke dunia internasional. Kali ini, Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Tiongkok mulai menjajagi kerja sama dengan institut kebanggaan kaum nahdliyin itu.

Salah satu kerjasamanya adalah menjalin kolaborasi dengan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Tiongkok dengan menggelar bedah buku “Santri Indonesia di Tiongkok”. 

Kegiatan yang digelar di Aula Institut Padhaku itu menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Kaula Fahmi, Ahmad Musyafa dan Akhmad Rifai dan diikuti oleh 243 peserta secara tatap muka dan 125 melalui daring.

BACA JUGA:Dua Perampok Didor Polisi

“Buku ini merupakan karya Ahmad Syaifuddin Zuhri. Santri Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Tiongkok dan juga Rois Syuriah PCI NU Tiongkok,” jelas Ahmad Musyafa yang didaulat sebagai nara sumber pertama. 

Ia menjelaskan narasi keliru tentang China terus berkembang. Hal ini karena masyarakat di tanah air masih melihat negara itu seperti saat masih berada di bawah kekuasaan Mao Zedong melalui revolusi kebudayaannya. 

Padahal, kata dia, kondisi itu telah berubah setelah negara itu beralih di bawah tampuk kepemimpinan Deng Xiaoping. Melalui kebijakan reformasi ekonomi dan “open door policy” yang diterapkan negara itu mulai terbuka dengan dunia luar. 

Salah satunya dengan merangkul seluruh etnik dan umat beragama. Termasuk juga  komunitas muslim untuk hidup berdampingan di negara itu.

BACA JUGA:Jaksa KPK TIN Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar, Modus Menakut-nakuti Akan Dijadikan Tersangka

“Pembangunan rumah-rumah ibadah juga tumbuh signifikan. Sayangnya masih banyak yang memandang China dengan kaca mata sebelum Deng Xiaoping,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kaprodi PTI Institut Padhaku, Akhmad Rifai merasa kagum terhadap buku tersebut. Menurutnya, santri sering kali didiskreditkan kuno, tradisional dan tidak modern. 

Akan tetapi melalui buku ini, kata pria asli kelahiran Segeran itu, memposisikan santri di posisi yang luar biasa. “Saya benar-benar kagum sama buku ini. Mengapa tidak? Karena buku ini sejatinya memberikan gambaran faktual Islam dan menjadi jembatan untuk memperkuat gagasan Islam Nusantara,” katanya. 

Rektor Institut Padhaku Segeran Taufiq Zaenal Mustofa melalui  Wakil Rektor IV  H Miftahul Fatah mengapresiasi atas kegiatan Nihao Ramadhan PCI NU Tiongkok. 

Tag
Share