Refleksi 10 Hari Pertama Ramadan
Ilustrasi--
Oleh: Sopandi
PELAKSANAAN ibadah puasa begitu cepat melaju. Sepuluh hari pertama berlalu, kini memasuki sepuluh hari kedua. Setelah mendapat curahan rahmat, kini menuju ampunan-Nya.
Semoga dua anugrah itu menyertai dan menghantarkan pada kemerdekaan yang hakiki yaitu terbebas dari api neraka.
Tangga atau fase puasa beserta “hadiah”nya yang menggiurkan itu sejalan dengan beban atau tantangan yang harus dilalui.
BACA JUGA:Nasib Politik Bahasa yang “Dipaksa” Tertidur
Semakin mendekati ampunan Allah dan pembebasan api neraka, tantangan semakin kompleks dan berat. Bukan semakin mantap dan khusu’ berpuasa, yang terjadi justru sebaliknya.
Memasuki sepuluh kedua Ramadan, konsentrasi pelaksanaan puasa mulai memudar, terbagi pada keriuhan menyambut hari raya ‘id fitri yang masih lama dan belum tentu sampai umur.
Ibu-ibu, walaupun tidak semuanya, mulai sibuk mencari motif baju lebaran sesuai trend, mulai mendaftar jenis kue dan makanan untuk hiasan ruang tamu, dan lain sebagainya.
Tidak ketinggalan, bapak-bapak pun terbawa suasana dan fokus menggali pundi-pundi dan potensi uang untuk mencukupi semua targetan itu.
BACA JUGA:Warga Binaan Lapas Kelas 1 Cirebon Semangat Belajar Ilmu Agama Islam
Alih-alih khusu’ dan hidmat berpuasa, hari dan detik-detik memasuki pertengahan Ramadhan, pelaksanaan puasa kerap terganggu oleh beragam kekhawatiran dan kegelisahan.
Khawatir gajian kembali ditunda, khawatir tunjangan hari raya (THR) tidak turun, dan khawatir tidak mendapat tambahan penghasilan yang bisa membayar daftar kemewahan lebaran.
Kekhawatiran-kekhawatiran itu berkecamuk dalam diri setiap pemimpin keluarga, baik pejabat, pegawai, pedagang, guru, dosen, bahkan buruh tani dan nelayan, atau latar belakang pekerjaan lainnya. Kecamuk itu pada akhirnya menentukan cara dan strategi mengumpulkan pundi-pundi uang.
Ada yang kerja keras, kerja cerdas, dan tidak sedikit yang kerja culas. Kecamuk itu mengikis spirit puasa yang sejatinya adalah proses pendidikan untuk mengubah gaya hidup hedon, yang semakin tampak akhir-akhir ini, menjadi gaya hidup yang normal.