Pesan Sosio Religius

Ilustrasi--

Oleh: Achmad Salim

BULAN Ramadan ialah bulan yang paling ditunggu-tungu oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan ini menjadi bulan yang banyak mengajarkan pemaknaan terhadap ibadah karena banyak ritus keagamaan yang dilakukan.

Banyak tantangan dan pantangan yang harus dijalankan walaupun di bulan-bulan lain tidak menjadi masalah untuk dilakukan. Namun, pada bulan ramadan harus ditinggalkan demi sahnya suatu puasa.

Puasa sederhananya adalah menahan diri untuk tidak makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga matahari terbenam.

BACA JUGA:Membangun untuk Bertumbuh

Puasa di bulan ramadan menjadi perintah yang wajib dilakukan bagi umat muslim yang beriman. Karena sebuah kewajiban maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan ibadah ini kecuali orang-orang yang memang tidak memenuhi syarat dan ada halangan lain sehingga tidak bisa melaksanakan puasa.

Pemaknaan terhadap puasa semestinya bukan hanya sekedar pemaknaan hubungan manusia dengan Tuhannya akan tetapi juga perlu ada pemaknaan terhadap sosio-religius dan eko-religius. Puasa juga perlu dimaknai sebagai ibadah yang memiliki efek kemanusiaan.

Dengan berpuasa kepekaan terhadap masalah sosial semakin meningkat sehingga mampu mengambil peran penting di tengah-tengah masyarakat dalam membantu menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi.

Momentum ramadan pada dasarnya dapat menjadi momentum untuk mengasah empati sosio-religius tersebut.

BACA JUGA:Raperda RTRW Dinego “Orang Pusat”

Tiap malam di mimbar-mimbar masjid ceramah dari para Dai tidak luput memberikan narasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan serta hubungan sesama makhluk ciptaanNya.

Narasi- narasi tersebut mampu menjadi pengingat untuk tetap berada pada tuntunan agama. Sementara itu, narasi terhadap masalah ekologis sangat jarang disampaikan di mimbar-mimbar masjid.

Padahal permasalahan lingkungan tidak kalah pentingnya dengan permasalahan ritus keagamaan dan sosial.

Hasil survei dari CSIS memperlihatkan bahwa hanya ada 0,2 persen masyarakat Indonesia yang tertarik dengan isu lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat buta terhadap narasi lingkungan dan masalah-masalah yang mengikutinya.

Tag
Share