Kasus Bullying: Degradasi Pendidikan?

Ilustrasi--

Ini menjadi momok menakutkan bagi orang tua, terlepas dari itu semua, kasus kenakalan remaja ini tentu dapat setidaknya diredam oleh orang tua dengan berbagai cara, karena anak jaman now yang masuk kedalam generasi strawberry makin kesini sulit diatur oleh orang tua.

BACA JUGA:Bupati Imron Lebih Memilih Hilman Jadi Kadishub, Karena Hal Ini

Pada dasarnya setiap anak yang tumbuh di suatu keluarga sudah menjadi tanggung jawab orangtua untuk mendidik anak tersebut menjadi anak yang baik dan sholeh atau sholehah. Ketika seorang anak lahir pun dipanjatkan do’a untuk menjadi anak yang baik dan sholeh atau sholehah. 

Hal ini harus sejalan dengan apa yang sudah didoakan dengan bimbingan dari orangtua kepada anak. Peraturan verbal mestinya sudah menjadi hal yang biasa bagi anak dari orangtua untuk mendisiplinkan anak. Agar anak di masa pertumbuhan mengerti apa yang orangtua inginkan dan juga dapat memberikan hal yang baik untuk anak, supaya terbiasa ketika tumbuh besar.

Anak perlu kendali. Kendali pada anak yang belum cukup umur ataupun yang sudah cukup umur harusnya ada pada orangtua. Kendali dalam hal bermain, bergaul, belajar, dan juga menonton tayangan di berbagai media. Semuanya harus diatur oleh orang tua. 

Anak harus dikendalikan sedemikian rupa untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang seperti yang terjadi baru-baru ini yaitu bullying atau perundungan. Banyak orang tua yang kaget dan juga menyangkan jika anaknya melakukan tindakan yang sangat tidak baik. Jika ada orangtua yang seperti itu, mestinya harus sudah diantisipasi sebelumnya, agar tindakan ini menjadi tidak meningkat bahkan hilang. Hal ini memang cukup sulit tapi harus dilakukan.

BACA JUGA:Komitmen Bersama, Maka Dalam Acara Pemerintah Harus Ada Penampilan Angklung

Menggalakkan aturan kepada anak untuk tidak memukul sejawatnya atau temannya ketika terjadi konflik adalah aturan yang harus dilakukan orangtua kepada anak. Hal ini demi menghindari anak terjerumus dalam konflik yang berkepanjangan. Karena kasus bullying akan memutus masa depan anak ketika harus dikeluarkan dari sekolah. 

Tentu akan ada banyak sekolah yang akan menolak anak yang nirprestasi dan nirakhlak. Juga hal yang paling krusial adalah oangtua sangat tidak boleh memukul anaknya ketika salah, hal ini akan memberikan luka batin kepada anak. Anak adalah peniru yang ulung, tentu kekerasan yang dialami anak akan memberikan dorongan untuk anak berlaku hal yang sama kepada temannya ketika salah. 

Jika melakukan kesalahan, anak cukup ditegur dengan baik, kalau kesalahannya berat, cukup dengan nada tegas, supaya anak tidak merasa tertekan di dalam rumah.

Apa Peran Guru Kurang?

BACA JUGA:2 Pasar dan Supermarket Jadi Sasaran Pengawasan Keamanan Pangan DKPPP

Peran guru selalu dikaitkan dengan berbagai kasus kenakalan remaja, tawuran hingga yang paling berat adalah bullying atau perundungan. Seakan-akan guru tidak punya peran vital dalam proses pembentukan karakter kepada siswa. 

Padahal penulis yakini bahwasanya setiap guru pasti mempunyai cara masing-masing untuk mendidik siswanya untuk selalu berprilaku baik kepada teman sejawatnya atau siswa lainnya. Pada dasarnya pendidikan membentuk anak untuk paham terhadap materi yang diajarkan dan membentuk karakter anak untuk menjadi arif dan juga humanis. Jika kedua tersebut sudah dijalankan, lalu kenapa hasilnya belum maksimal?

Nah, ini yang selalu menjadi lingkaran setan. Memang untuk memupuk sebuah hal yang baik perlu waktu jangka panjang untuk benar-benar mematri kebaikan pada diri seorang siswa. Guru pasti sudah sangat sabar untuk menyadarkan siswa bahwasanya sebuah tindakan yang tidak baik maka akan menghasilkan yang tidak baik juga begitupun sebaliknya. 

Tag
Share