Peringatan Dini Deteksi Banjir Untuk Siapa?
Ilustrasi--
Agar tulisan ini menjadi waras, maka penulis akan mengutip kesimpulan dari paparan Fadli dalam optimalisasi peringatan dini yakni (1) sistem pemantauan ancaman hidrometeorologi dapat memanfaatkan data dan informasi yang diproduksi oleh lembaga berwenang seperti BMKG;
BACA JUGA:Di Indonesia Kasus DBD Tinggi, 124 Orang Meninggal dan Ini Penyebabnya Menurut Kemenkes
(2) untuk wilayah perkotaan, sebaiknya juga berinvestasi pada sensor pemantauan (kenaikan muka air dan curah hujan) yang lebih lengkap sesuai dengan konteks lanskap wilayahnya;
(3) selain pemantauan, moda diseminasi peringatan dini (aplikasi mobile, sirine, dll) perlu diinisiasi untuk menjangkau masyarakat yang berpotensi terdampak ancamann;
(4) perkuat ketahanan masyarakat dengan secara rutin memberikan pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi menghadapi ancaman;
(5) perkuat kapasitas respon Pemerintah Daerah melalui BPBD, Dinas Sosial, Layanan Kesehatan, dll; serta
BACA JUGA:Ini Penyebab Baniir Terparah di Wilayah Timur Cirebon, 2 Orang Meninggal Dunia
(6) benahi tata ruang dan sistem drainase perkotaan untuk menghadapi ancaman curah hujan ekstrem di masa mendatang.
Pemasangan alat FEWS memang bukan satu-satunya solusi penanganan banjir di Kota Cirebon.
Tetapi upaya ini adalah salah satu jalan untuk mengintegrasi informasi terkini kondisi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin agar dapat tersampaikan secara real time pada masyarakat Kota Cirebon.
Harapannya, tentu saja dapat menurunkan risiko banjir seperti meminimalisasi kerusakan kendaraan akibat terlanjur terjebak banjir di ruas jalan utama karena keterlambatan informasi, memberikan peringatan dini di kawasan permukiman agar menyelamatkan diri dan barang berharga dari luapan air, serta memberikan data yang akurat dalam perencanaan tata ruang dan sistem drainase dengan basis data curah hujan lokal. Semoga dengan tulisan ini menjadi waras. (*)
*Analis Mitigasi Bencana BPBD Kota Cirebon