Hari Ke-2 Main Sepeda di Malaysia: Tercerai Berai Mulai Km 10, ‘Gowes Mempersatukan, Tanjakan yang Memisahkan’

Peserta main sepeda bertemakan Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) Malaysia Training Camp 2024 saat menempuh rute menanjak.-ist-Radar Cirebon

Kemudian ketika mendapati tanjakan yang lumayan curam, sudah main sepeda masing-masing. “Sepeda mempertemukan tapi tanjakan memisahkan kita” benar-benar jadi kenyataan. 

Padahal perjalanan masih jauh, tapi sudah tercerai berai. Sebab rute resminya 84 km menuju Boh Tea Centre di Sungei Palas, di kawasan Brinchang, Cameron Highlands. Memang setelah belokan di Simpang Pulai itu, jalan mulai halus menanjak. Bermula dari halus turun, lalu makin berat menanjak. Kemudian, makin cepat turun, dan terus menerus seperti itu dengan kecenderungan naik.

BACA JUGA:New York Terpilih untuk Gelar Laga Final Piala Dunia 2026

Pada km 15, terdapat ramp atau bagian yang kemiringannya mencapai 9 persen. Di situlah pleton benar-benar cerai-berai, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Kelompok cepat mulai memisahkan diri, diprovokasi oleh attack dari Asril Kurniadi Adenan, pembalap terkenal asal Malang, Jawa Timur. Di belakangnya, mulai terbentuk kelompok-kelompok kecil. Termasuk yang tercecer sendiri-sendiri.

Di sepanjang jalan hingga 10 km sebelum finish, praktis tidak ada warung. Apalagi minimarket. Peserta harus mengandalkan mobil support air minum yang stand by di km 33 dan 56.

Bahkan ada yang kehabisan air, kemudian salah masuk. Disangkanya toko serba ada yang kemungkinan menjual air, ternyata bukan. Bangunan itu kata penjaganya adalah gudang buah.

BACA JUGA:Bantu Petani, Diskantan Beri Diskon Pupuk

Banyak pula yang salah kegirangan. Setelah jembatan ditambah terowongan panjang, ada penanda pembatas Negeri Perak dan Negeri Paham. Ditandai dengan tulisan “Selamat Datang di Cameron Higlands Pahang Darul Makmur”.

Dianggapnya pembatas itu merupakan finish. Atau setidaknya merupakan tanjakan paling tinggi. Ternyata      semuanya salah. Tak jauh dari tempat itu, masih ada tanjakan yang lebih tinggi. Juga masih jauh dari finish.

Semua peserta -dalam grup atau sendirian- mempunyai cerita masing-masing di tempat itu. Ditambah di belokan menjebak ke arah Kampung Raja.  Sebelum start, Azrul Ananda sudah mengingatkan terus-menerus. Setiap tahun selalu ada peserta yang bablas kelewatan belokan.

“Mungkin memang harus jadi tradisi ini, harus ada yang selalu kelewatan untuk belok,” ucap Presiden Persebaya Surabaya itu.

BACA JUGA:Caleg Pendatang Baru, Iwan Bule Berhasil Dongkrak Elektabilitas Partai Gerindra di Wilayah Jabar X

Tahun ini, walau sudah diingatkan, ada beberapa peserta tetap kebablasan dan tidak belok. Karena belokan itu memang di turunan. Sementara jalan yang lurus sangat halus dan lebih lebar. Bagi yang kebablasan harus putar balik. Juga harus mendapatkan sedikit tambahan ekstra tanjakkan.

Cuaca yang sangat terik, memberi tantangan ekstra pula. Temperatur terus di rata-rata 36 derajat celcius dan lembab. Walau di ketinggian, panasnya minta ampun. Memang ada hujan, tapi turun tidak merata. Bahkan tidak ada hujan yang menerpa peserta. Ini membuat beberapa peserta sempat melihat pemandangan pelangi yang indah.

Tag
Share