Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Melalui 3P di Era Digitalisasi
Ilustrasi--radar cirebon
Menurut Lickona tantangan yang dihadapi seorang guru masih banyak menggunakan metode lama karena rentang usia sebagian guru masih ada yang belum memahami metode digitalisasi.
BACA JUGA: TIga Hari Uang Sewa Bima Madya Rp50 Juta, Untuk Pajak Hiburan Belum Bayar
Sebab gaya mengajar dengan metode lama sudah dianggap ketinggalan zaman. Karena di zaman sekarang perlu melakukan pembaharuan agar sesuai dengan karakter siswa.
Maka dibutuhkannya pelatihan untuk guru-guru agar lebih dapat memahami teknologi dan dapat memanfaatkan kemajuan digital dalam mendidik siswa.
Sebagai seorang pendidik dan seorang orang tua, harus menjadi panutan dan rolemodel yang baik untuk anak demi membentuk kepribadian dan karakter yang baik.
Sebagai pendidik ataupun orang tua sudah seharusnya menjadi pengawas dan pembimbing yang baik untuk anakanak dalam mendapatkan infromasi.
BACA JUGA:Rumah Zakat Support Penghijauan di Desa Slangit
Apalagi usia anak-anak sekolah dasar yang masih belum mampu membedakan dengan baik mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.
Dikhawatirkan, dengan teknologi yang ada, anak-anak justru terkena dampak negatif dari teknologi itu sendiri karena kurangnya pantauan pendidik maupun orangtua.
Padahal hal tersebut tidak sesuai dengan norma adat, agama dan sosial bangsa kita serta merupakan suatu perilaku penyimpangan seksual.
Masalah-masalah tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh terkikisnya karakter bangsa dimana warga negara kita kurang menjunjung tinggi dan mulai melupakan nilai dan norma yang ada.
BACA JUGA:300 Warga Majalengka Kulon Terima Sertifikat PTSL
Usaha yang bisa dilakukan yaitu 3P:
1. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter.
Orang tua menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan karakter anak karena keluarga merupakan penyelenggara pendidikan paling utama dan pertama sebelum pendidikan pendamping lainnya.