TK Satap Tinggar Ambruk
TK Satu Atap (Satap) Tinggar di Dusun Wage, Desa Tinggar, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, mendadak ambruk, Minggu (8/12/2024) sekitar pukul 10.30 WIB.-ist-radar cirebon
TK Satu Atap (Satap) Tinggar di Dusun Wage, Desa Tinggar, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, mendadak ambruk, Minggu (8/12/2024) sekitar pukul 10.30 WIB.
Namun peristiwa atap bangunan TK Satap ambruk tersebut baru diketahui BPBD Kabupaten Kuningan setelah mendapat laporan, Selasa (10/12). Kejadian ini terjadi akibat hujan dengan intensitas ringan hingga lebat pada siang hingga sore hari kemarin.
Meski begitu, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Hal ini disebabkan seluruh murid TK sejak sebulan lalu sudah diungsikan ke rumah milik Nina Ade Rumdita, Kepala TK Satap Tinggar. Pemindahan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di TK tersebut dipindahkan setelah terjadi jatuhnya plafon ketika berlangsung KBM sebulan lalu.
“Ya siswa untungnya sudah dipindah satu bulan lalu. Sehingga saat kejadian, bangunan TK dalam kondisi kosong. Tak ada aktivitas KBM di sekolah ini. seluruh siswa sudah dialihkan proses KBM nya ke rumah saya. Ini untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan,” kata Nina didampingi Ketua LPM Desa Tinggar, Dedi Subandi kepada Radar Kuningan, Selasa (10/12/2024).
BACA JUGA:Epson EpiqVision Mini Mudah Dibawa Kemana Saja
Kepala Desa Tinggar, H Hernadi membenarkan bahwa gedung TK Satap Tinggar memang sudah tidak ditempati sejak satu bulan lalu. Ini setelah ada bahan material yang jatuh serta kondisi bangunan yang mengkhawatirkan. “Alhamdulillah tidak ada korban dalam peristiwa ini. Kejadian ini sudah kami laporkan ke pihak kecamatan, dan juga Dinas Pendidikan. Semoga saja sekolah ini segera mendapat perbaikan dari pemerintah daerah,” kata Hernadi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana menjelaskan, bahwa laporan pertama diterima dari Sekretaris Desa Tinggar.
"Kami menerima informasi pada Selasa pukul 10.26 WIB, dan langsung menindaklanjuti dengan koordinasi bersama aparat desa, kecamatan, Babinsa, dan Babinkamtibmas,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, hujan lebat yang terjadi selama lebih dari empat jam menjadi faktor pemicu utama keruntuhan atap sekolah. Namun, investigasi awal menunjukkan bahwa kondisi kayu penyangga yang sudah lapuk turut memperburuk situasi. "Material bangunan yang sudah tidak layak menjadi penyebab utama ambruknya atap, ditambah beban air hujan yang membuat struktur tidak mampu menahan tekanan,” ujarnya.
BACA JUGA:MK Gelar Sidang Sengketa Pilkada di Januari 2025
Setelah kejadian, aparat desa segera melakukan langkah koordinasi untuk memastikan tidak ada siswa atau staf yang menjadi korban. Tim gabungan dari desa, kecamatan, hingga BPBD juga dikerahkan untuk mengevakuasi puing-puing dan melakukan penilaian awal terhadap kerusakan.
"Kami masih melakukan pendataan untuk menentukan langkah selanjutnya, termasuk kemungkinan renovasi atau rehabilitasi bangunan. Kami juga akan mengusulkan bantuan dari pemerintah daerah untuk memperbaiki kerusakan,” sebut Ibe, panggilan akrabnya.
Dan demi memastikan keselamatan siswa, pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan aktivitas belajar mengajar di lokasi tersebut hingga kondisi bangunan dinyatakan aman. BPBD juga merekomendasikan, agar inspeksi lebih mendalam dilakukan pada bagian lain dari gedung sekolah untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
"Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pemeliharaan rutin terhadap bangunan, terutama fasilitas publik seperti sekolah,” katanya.