Pasien Penyakit Paru Tidak Perlu Disuntik Lagi

PERINGATI ULTAH: Kemeriahan HUT ke-85 RS Paru Sidawangi yang berlangsung pada Senin (9/12) di Aula Rumah Sakit Paru di Jalan Ksatria Kesambi, Kota Cirebon.-ABDULLAH-RADAR CIREBON

CIREBON – Tanpa terasa, kehadiran Rumah Sakit Paru Sidawangi telah berusia 85 tahun. Kemeriahan terlihat pada acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-85 RS Paru Sidawangi, yang berlangsung pada Senin (9/12) di Aula Rumah Sakit Paru di Jalan Ksatria Kesambi, Kota Cirebon.

Mengusung tema “Gerak Bersama Sehat Bersama Sukses Bersama”, ratusan pegawai RS Paru Sidawangi hadir dalam acara ulang tahun tersebut. 

Suasana semakin meriah ketika manajemen RS Paru Sidawangi bersama pegawai melakukan tari Poco-Poco.

Direktur Rumah Sakit Paru Sidawangi, dr Hadri Pramono MARS, menjelaskan, RS Paru Sidawangi sudah ada sejak zaman Belanda, di mana penderita penyakit paru-paru memerlukan perawatan yang serius. 

“Dulu, pasien penyakit paru harus disuntik setiap hari dan menginap. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit paru kini bisa dirawat jalan,” ujarnya.

Menurutnya, dengan perkembangan teknologi kedokteran, pasien penyakit paru tidak lagi perlu disuntik dan dirawat inap. “Cukup minum obat dan rawat jalan,” tambahnya.

Hadri juga menjelaskan bahwa dulu, Rumah Sakit Paru Sidawangi milik Kementerian Kesehatan, namun kini menjadi milik Pemprov Jabar. 

Di wilayah sekitar RS Paru Sidawangi, termasuk Kota dan Kabupaten Cirebon, masih banyak kantong-kantong penyakit paru. 

Diharapkan pada tahun 2045, Indonesia bisa bebas dari TB. 

“Kami juga memiliki layanan baru dan kini masuk dalam kategori rumah sakit kelas B paru, karena 40 persen dari penyakit yang kami layani adalah penyakit non-paru. Ke depannya, mungkin RS Paru Sidawangi bisa berkembang menjadi rumah sakit umum,” pungkasnya. (abd)

Tag
Share