Pendidikan Berkualitas Dalam Sabda Nabi

Ilustrasi pendidikan berkualitas.-istimewa-

BACA JUGA:Mini Zoo di MTsN 1 Cirebon Memberikan Refleksi Pada Siswa-siswi

Setelah mengetahui nilai-nilai kebaikan, peserta didik memantaskan diri dengan nilai kebaikan tersebut sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal itu, stakeholder pendidikan mulai dari kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orangtua didik, dan masyarakat mesti memahami hakikat pendidikan.

Karena itu, segala upaya dan potensi dikerahkan untuk usaha melahirkan peserta didik menjadi lebih baik (cerdas).

Cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. Bahasa sederhananya adalah menjadi peserta didik yang saleh dan pintar.

BACA JUGA:Dinar Candy Diam-Diam Beri Uang Jajan kepada Lina Mukherjee di Penjara: Sebulan hingga 4 Kali

Untuk memahami hakikat pendidikan, seluruh stakeholder pendidikan hendaknya memahami hadis-hadis tarbawi.

Dengan memahaminya, seluruh stakeholder akan selalu siap untuk berjihad (sungguh-sungguh) menyelenggarakan pendidikan secara berkualitas dan bermakna. 

Berikut penulis sajikan hadis-hadis tarbawi (pendidikan) dalam sabda Nabi SAW. Dengan memahami hadis-hadis tarbawi, seluruh stakeholder pendidikan akan merasakan tambahan energi dalam mengelola institusi pendidikan. 

Pertama, menjadi pendidik yang baik. Nabi SAW bersabda, “Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR Bukhari).

BACA JUGA:Jacksen F. Tiago Banggakan Shin Tae-yong: Untuk yang Teriak

Seorang pendidik berjihad untuk menjadi pendidik terbaik (profesional) dengan mengoptimalkan pontensinya dalam mendidik peserta didik.

Hal ini pun menyadarkan bahwa seorang pendidik sejatinya berinvestasi untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Kedua, kewajiban mendidik anak.

Nabi SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari). 

Hal ini menyadarkan kepada para orangtua dan pendidik bahwa tanggungjawab pendidikan anak didik ada di pundak kita.

Tag
Share