Kena Serangan Siber, dan Tahu Ancaman di GBK, Bahrain Minta ke AFC dan FIFA untuk Pindah Venue
Timnas Bahrain-instagram-
RADARCIREBON.BACAKORAN.CO - Tim Nasional Sepak Bola Bahrain Dilanda Ketakutan Besar Usai Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA) Mengalami Serangan Siber Masif
.
Tim nasional sepak bola Bahrain tengah menghadapi situasi sulit, terutama setelah Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA) menjadi korban serangan siber masif.
Mengapa bisa terkena serangan siber? Hal ini bermula sejak pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia melawan Timnas Indonesia yang berakhir imbang 2-2. Skor imbang tersebut dinilai kontroversial karena adanya keputusan kontroversial dari wasit Ahmed Al Kaf, termasuk perpanjangan waktu yang berlangsung hingga menit ke-99 yang memungkinkan Bahrain mencetak gol.
Pihak Indonesia merasa dirugikan, dan banyak penggemar sepak bola Tanah Air yang merencanakan aksi balas dendam. Menyikapi situasi ini, Bahrain meminta AFC dan FIFA untuk memindahkan venue laga tandang mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) demi alasan keamanan para pemain.
BACA JUGA:HUT Dewi Pek Ku, Pusat Berkumpul Warga Tionghoa se-Nusantara, Makan Bersama Tanpa Daging, Mainkan Musik Tradis
BFA mengirim surat kepada AFC dan FIFA untuk memohon perubahan venue, namun permintaan ini dinilai tidak masuk akal. Bagaimana tidak, laga kandang yang seharusnya menjadi hak Indonesia ingin diubah secara sepihak oleh Bahrain dengan alasan keamanan.
Sementara itu, akibat serangan siber, sistem Federasi Sepak Bola Bahrain lumpuh dan akses mereka dibatasi. Bahkan, akun media sosial para pemain asuhan Dragan Talajic juga ikut terkena dampaknya.
Menariknya, mengapa mereka merasa begitu ketakutan sebelum tandang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), padahal jika dilihat dari jadwal, laga tersebut baru akan digelar pada tahun 2025.
Pertandingan antara Bahrain dan Indonesia memang menjadi sorotan internasional. Kecurangan wasit Ahmed Al Kaf saat injury time yang seharusnya hanya 6 menit hingga menit ke-96, malah diperpanjang hingga menit ke-99 tanpa persetujuan kedua tim. Keunggulan 2-1 Indonesia akhirnya pupus setelah Marhoon mencetak gol tap-in pada menit ke-99. Anehnya, gol ini disahkan meskipun ada indikasi offside.
Setelah gol tersebut, Ahmed Al Kaf langsung meniup peluit panjang, seolah mengakhiri pertandingan dengan cara yang merugikan Indonesia. Keputusan kontroversial tersebut menimbulkan kemarahan di pihak Indonesia yang merasa dirampok poinnya secara terang-terangan.
Akibatnya, berbagai sistem dan platform sepak bola di Bahrain diretas. Belum diketahui siapa pelaku utamanya, namun serangan siber masif ini diduga berkaitan dengan pertandingan yang dinilai tidak adil tersebut.
Serangan siber ini membuat BFA merasa terancam dan menuduh Indonesia sebagai dalangnya. Oleh karena itu, mereka enggan mengambil risiko tandang ke GBK. Padahal, laga tandang tersebut sudah sesuai dengan aturan Kualifikasi dan merupakan hak Indonesia.
Jika AFC benar-benar mengabulkan permintaan Bahrain untuk memindahkan venue, hal tersebut akan dianggap sebagai tindakan yang tidak adil. Maka, perlu diperhatikan bagaimana AFC merespons permintaan dari Bahrain, mengingat presiden AFC sendiri berasal dari Bahrain.