Gerhana Matahari Cincin yang Jarang Terjadi Tidak Bisa Diamati di Indonesia
Tidak dapat diamati di Indonesia, gerhana matahari cincin menghiasi langit Pasifik dan Amerika Selatan.-ist-radar cirebon
Peneliti Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa fenomena gerhana matahari cincin yang diperkirakan terjadi hari ini tidak dapat diamati di Indonesia. Pasalnya, gerhana ini berlangsung pada tengah malam sampai dini hari waktu Indonesia.
"Gerhana matahari cincin terjadi di Pasifik sampai Amerika Selatan pada tengah malam sampai dini hari 2-3 Oktober waktu Indonesia. Jadi tidak bisa diamati di Indonesia," ungkap Thomas saat dihubungi di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Dijelaskannya, fenomena gerhana matahari cincin serupa dengan gerhana matahari pada umumnya, di mana terjadi ketika posisi bulan menghalangi sinar matahari. Namun, karena bulan berada lebih jauh dari rata-ratanya, piringan bulan tampak lebih kecil daripada piringan matahari sehingga bagian tepi matahari tampak seperti cincin.
Thomas juga menyoroti dampak umum yang terjadi saat gerhana matahari, seperti peningkatan pasang air laut. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa dampak ini tidak membahayakan.
BACA JUGA:LPDP dan Kemenpora Luncurkan Beasiswa Bidang Keolahragaan
"Dampak umum dan global gerhana matahari adalah peningkatan pasang air laut tetapi itu tidak berbahaya," ujarnya.
Berbagai analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa wilayah yang dapat mengamati gerhana matahari cincin tersebut meliputi Samudera Pasifik, serta wilayah bagian selatan Amerika Selatan dengan alur pergerakannya melewati Chile bagian selatan dan Argentina bagian selatan.
Ketua Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan menjelaskan bahwa fenomena gerhana matahari cincin adalah hal yang sangat langka, bahkan sangat jarang terjadi dalam periode lebih dari 10 tahun untuk lokasi yang sama.
Dampak dari fenomena gerhana matahari cincin tidak terlalu signifikan. Beberapa perubahan seperti penurunan suhu permukaan, penurunan intensitas cahaya, dan perubahan pola angin lokal dapat terjadi karena sebagian cahaya matahari terhalang oleh bulan. Namun, perubahan tersebut tidak sedrastis saat gerhana matahari total.
BACA JUGA:Jampidsus Kejagung Dilaporkan ke KPK
Untuk mengamati fenomena ini, BMKG menekankan pada penggunaan kacamata khusus guna melindungi mata dari kerusakan.
BMKG memberikan catatan khusus, untuk mengamati fenomena Gerhana Matahari Cincin di wilayah yang dilintasi tersebut harus menggunakan kacamata khusus supaya mata tidak rusak.
Sebagai tanggapan, BMKG juga mengharapkan agar masyarakat Indonesia tetap membawa sikap partisipatif, positif, dan bijak dalam merespons informasi terkait fenomena alam dengan berpegang pada data yang berasal dari lembaga terverifikasi, seperti BMKG. (antara)