Eman-Dena Unggul 54,8 Persen
BACA JUGA:Potensi Besar Aset Wakaf di Indonesia
Ia menambahkan bahwa Eman tidak boleh terlalu santai, dan Karna masih memiliki peluang, mengingat masih ada dua setengah bulan hingga pemilihan.
"Selisihnya tidak terlalu jauh; dalam waktu dua setengah bulan, perubahan masih bisa terjadi," imbuhnya.
Alasan mengapa Karna-Koko kalah dalam survei, menurut Burhanuddin, adalah karena 47,4 persen masyarakat Majalengka tidak ingin kembali dipimpin Karna Sobahi.
Hal ini menempatkan posisi petahana Karna Sobahi dalam situasi yang waspada, karena harapan masyarakat untuk tidak dipimpin kembali cukup tinggi.
Responden yang ditanya, "Apakah Anda menginginkan atau tidak menginginkan Karna Sobahi kembali menjadi Bupati Majalengka periode 2024-2029?" menunjukkan hasil yang kurang memuaskan bagi Karna.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Angkat Bicara tentang Harga Beras
Hanya 37,9 persen responden yang ingin dipimpin kembali oleh Karna, sementara 47,4 persen menolak.
"Namun, masih ada 14,6 persen responden yang tidak ingin memberikan jawaban," jelasnya.
Ini menunjukkan bahwa hampir separuh warga Kabupaten Majalengka cenderung tidak menginginkan Karna Sobahi kembali memimpin.
"Ini adalah catatan penting bagi petahana bahwa lebih banyak masyarakat yang tidak menginginkan Karna Sobahi kembali sebagai Bupati daripada yang mendukungnya," tambah peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, pada Rabu, 25 September 2024.
Sebagai informasi, di Pilkada Majalengka 2024, Eman Suherman berpasangan dengan Dena Muhamad Ramdhan, didukung oleh 12 partai politik, termasuk Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PPP, Demokrat, NasDem, Gelora, Garuda, Hanura, Prima, PSI, dan PKB.
BACA JUGA:Revisi UU Haji Urgen
Sementara itu, Karna Sobahi berpasangan dengan Koko Suyoko, yang didukung oleh 6 partai, yaitu PDIP, PKS, Partai Buruh, PKN, Partai Perindo, dan Partai Ummat. (ono)