Meminimalisir Lost Generation
Ilustrasi--
Bisa jadi, ada faktor rasa ingin tahu yang tinggi pada ibu tersebut, sehingga pemahaman mengenai makanan yang tepat untuk anaknya lebih luas.
BACA JUGA:Panwaslu Sumberjaya Minta Masyarakat Jadi Pengawas Partisipatif
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan non-formal seperti televisi, internet, koran, majalah, penyuluhan, dan sebagainya.
Aspek positif dan aspek negatif dalam pengetahuan seseorang, akan menentukan sikap mereka. Semakin banyak aspek positif, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Peran orang tua dalam memahami gizi dipengaruhi oleh faktor umur, inteligensi (kemampuan untuk belajar dan berpikir), serta lingkungan. Seseorang dapat mempelajari hal-hal baik juga buruk, tergantung sifat kelompoknya.
Selain itu, faktor budaya, pendidikan, dan pengalaman juga berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Pengetahuan Ibu tentang Tengkes
BACA JUGA: Telan Anggaran Rp126 Miliar, Program Kuningan Ca’ang Belum Tuntas
Ibu yang minim memahami tengkes, bisa jadi karena kurangnya informasi tentang stunting. Selain itu, tidak semua ibu berkunjung ke Posyandu.
Dari beberapa hasil penelitian menyebutkan, pengetahuan ibu tentang tengkes masih kurang, dan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian tengkes.
Pengetahuan orang tua tentang gejala, dampak, dan cara pencegahan tengkes, dapat menentukan sikap dan perilakunya dalam pemeliharaan kesehatan pencegahan stunting. Upaya pencegahan tidak bisa lepas dari pengetahuan orang tua tentang stunting. Dengan pengetahuan yang baik, dapat memunculkan kesadaran orang tua akan pentingnya pencegahan stunting.
Kesadaran orang tua akan membentuk perilaku kesehatan, terutama dalam pencegahan stunting. Seperti pemenuhan gizi mulai dari ibu hamil, gizi anak, menjaga lingkungan dan sanitasi rumah yang baik, dan perilaku hidup bersih.
BACA JUGA:Inspektorat Jamin Kegiatan Berjalan Efisien, Efektif, dan Sesuai Aturan
Karena itu, perlu kerja sama baik antara pemerintah dan lintas sektor. Perlu juga mendorong pelibatan kader Posyandu, kader PKK, kader penyuluh KB, kader sanitasi, tim pendamping keluarga, kader pembangunan manusia, dan karang taruna.
Bahkan, TNI/Polri, maupun lembaga non-pemerintah seperti universitas, dunia usaha, LSM, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, juga perlu ikut andil.
Tujuannya meningkatkan pengetahuan terkait tengkes pada masyarakat, khususnya ibu yang mempunyai peran dalam pengasuhan anak. Perlu ditingkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai penanganan stunting melalui media massa, mungkin lebih digencarkan lagi. Supaya pengetahuan tengkes dapat menyentuh berbagai kalangan masyarakat.