Harga Rajungan Anjlok, Penghasilan Nelayan Citemu tak Menentu

Nelangsa Nelayan Desa Citemu Kala Harga Rajungan Anjlok.-dokumen -tangkapan layar

Lebih jauh, Taryudi menuturkan bahwa efek perubahan iklim sangat dirasakan oleh para nelayan. Contohnya saat ini, yang sedang masa puso (paceklik-red), biasanya nelayan Desa Citemu pergi melaut ke wilayah Teluk Jakarta.

BACA JUGA:Polres Majalengka Bagikan 250 Paket Bansos dalam Momen Hari Lalu Lintas Bhayangkara Ke-69

Namun karena di daerah tersebut hasil tangkapnya berkurang, membuat sebagian nelayan Citemu hijrah ke tempat lain.

"Kalo saya sih masih cari rajungan di sekitar sini saja, seberapapun yang didapatkan disyukuri saja. Tapi banyak juga nelayan warga sini yang pergi ke Cilacap untuk melaut juga," Katanya.

Selain itu, dampak dari menurunnya harga rajungan juga menyebabkan para nelayan memilih untuk bekerja sebagai TKI ke luar negeri seperti ke Taiwan, Jepang dan Korea Selatan.

BACA JUGA:Ruas Jalan Desa Sukra- Bogor Kini Sudah Dilakukan Betonisasi

Di negara-negara tersebut, mayoritas warga Desa Citemu yang bekerja sebagai TKI, juga bekerja di laut sebagai nelayan.

Banyaknya nelayan yang hijrah, membuat banyak kapal nelayan yang teronggok tak terurus di atas Muara Sungai.

"Banyak itu, kapal-kapal yang digendang (dilabuhkan-red). Pemiliknya banyak yang pergi, sementara mau dijual juga tidak ada yang mau beli. Jadinya banyak yang tidak terurus," Jelasnya.

BACA JUGA:Ingin Dengar Langsung dari Juru Pelihara, Pj Bupati Kuningan Tinjau Situs Cagar Budaya

Sementara itu, Kepala Desa Citemu, Herintiano menuturkan bahwa anjloknya harga rajungan juga berdampak terhadap perekonomian warga Desa Citemu.

Sebab, selain bekerja sebagai nelayan, warga Desa Citemu juga banyak yang bekerja sebagai buruh pengupas rajungan.

"Sebagian warga kita juga bekerja sebagai buruh pengupas kerang, terutama oleh Ibu-ibunya. Ini juga membuat pemasukan mereka berkurang karena sedikit rajungan yang bisa mereka kupasin," Katanya.

Tag
Share