Segmen wholesale menyumbang 28,27% dengan outstanding sebesar Rp72,77 triliun. Ini menunjukkan bahwa segmen ritel, konsumer, dan UMKM memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pembiayaan BSI, termasuk dalam produk gadai dan cicil emas.
Sejalan dengan strategi pertumbuhan, pembiayaan emas BSI per Juni 2024 mencapai Rp8,97 triliun, tumbuh 41,27% dengan NPF 0,07%.
Pembiayaan cicil emas mengalami pertumbuhan signifikan mencapai 100,10% menjadi Rp3,56 triliun, sementara gadai emas berada di level Rp5,41 triliun, tumbuh 18,38%.
”Investasi emas menarik minat, termasuk dari generasi muda, karena dianggap sebagai safe-haven dan dapat melindungi nilai aset dari inflasi,” ungkapnya.
Dengan kondisi likuiditas dan pembiayaan yang solid, sepanjang kuartal II 2024, pendapatan perusahaan didorong oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44% menjadi Rp12,08 triliun, serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01% menjadi Rp2,48 triliun.
Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87% ke level 69,23%. Rasio profitabilitas ROE perusahaan membaik ke 17,88%, naik dari 17,27% pada Juni 2023.
Hery juga menegaskan bahwa selain laba bersih, beberapa indikator kinerja lainnya juga mencatatkan pertumbuhan dua digit dan menjadi yang tertinggi di antara 10 bank teratas di Indonesia.
Untuk aset, BSI mencatat pertumbuhan sebesar 15,10% yoy menjadi Rp360,85 triliun, yang merupakan pertumbuhan tertinggi.
”Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI sebesar 17,50% yoy juga menjadikannya yang tertinggi di antara 10 bank teratas di Indonesia,” tukasnya. (apr/opl)