Oleh: Syarifuddin*
PADA Kamis (29/8/2024), artikel berjudul Memang Jadi Kepala Daerah Itu Enak? yang ditulis oleh Agung Sedijono pada kolom Wacana Radar Cirebon cukup menarik perhatian saya.
Setelah membaca habis artikel tersebut, saya dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh narasi yang terbangun adalah hasil pengamatan paripurna dari seorang yang sangat memahami dinamika terkait ‘enak’ dan ‘tidak enak’ dari sebuah jabatan politik (kepala daerah).
Karena dalam artikel tersebut diucapkan “artikel saya setidaknya dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan tadi”, tampaknya saya pribadi tidak dapat mengikuti referensi tersebut karena saya memang lahir dan tumbuh sebagai seorang yang awam teori dan kehidupan (jabatan) politik.
BACA JUGA: 1.157 Orang Ramaikan Pawai Ta’aruf MTQ Tingkat Kota Cirebon
Butuh beberapa waktu dan lompatan nalar bagi saya untuk memahami tiga kondisi dalam bingkai cerita datar dan terjal seorang kepala daerah.
Oleh sebab itu, izinkan saya menjawab pertanyaan Memang Jadi Kepala Daerah Itu Enak? sebagai seorang awam.
KEAWAMAN POLITIK
Keawaman politik adalah posisi yang tampaknya relatif tepat untuk mendefinisikan diri saya. Sebab, kalau saya secara jemawa mengaku memiliki pengetahuan politik, saya takut masuk dalam kategori yang disebut oleh Ian G. Anson (ilmuwan politik dari University of Maryland, Baltimore County) sebagai the Dunning-Kruger Effect.
BACA JUGA:Nina -Tobroni Lanjutkan Indramayu Bermartabat
Melalui artikel ilmiah berjudul Partisanship, Political Knowledge, and the Dunning-Kruger Effect yang terbit di jurnal Political Psychology pada 2018, Ian Anson menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya memiliki pengetahuan politik yang luas justru malah memiliki pengetahuan politik yang rendah.
Hal inilah yang disebut dengan the Dunning-Kruger Effect, yakni kondisi seseorang yang tidak memiliki kemampuan justru merasa kemampuannya lebih hebat dibanding orang lain.
Itulah alasan mengapa saya berusaha menjawab pertanyaan yang menjadi judul artikel dari Agung Sedijono sebagai seorang yang awam.
Sebelum bicara tentang penilaian ‘enak’ atau ‘tidak enak’ ketika menjadi Kepala Daerah, sebagai orang awam tentu saja saya terlebih dahulu masuk pada bayangan tentang harapan dan proses demokrasi yang mengantarkan seseorang (pasangan) menjadi Kepala Daerah.
BACA JUGA:Genangan Saluran Drainase di Jalan Kartini Akibat Pengelolaan Limbah Rumah Makan