Oleh: Fitri Ainurizki SKep
SUNGGUH ironi kemasan nonfood grade berbahan plastik masih sering dijumpai pada media kemas industri makanan.
Tak hanya golongan industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), faktanya beberapa restoran viral masih menggunakan kemasan nonfood grade dalam bentuk styrofoam.
Styrofoam sendiri adalah merek dagang busa polistiren dan masih termasuk dalam golongan plastik. Styrofoam masih sering digunakan dengan alasan praktis, alas an ekonomis, dan minim biaya produksi.
BACA JUGA:Menasehati tanpa Melukai
Perlu diketahui bahwa styrofoam merupakan polimer termoplastik polistiren dari monomer stirena yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kemasan makanan, peralatan sekali pakai, dan bahan insulasi.
Styrofoam termasuk jenis plastik yang sangat ringan, tembus cahaya, kaku dan murah tetapi cepat rapuh. Meskipun praktis dan dapat menahan panas makanan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan wadah lain, akan tetapi wadah ini juga bersifat karsinogenik atau beracun jika digunakan berlebihan.
Khususnya pada makanan berkuah atau air minum yang memiliki suhu yang tinggi atau panas, dan juga jika dijadikan wadah makanan dalam waktu yang panjang wadah styrofoam ini makin berbahaya.
KEAMANAN PANGAN
BACA JUGA:Sentra Medika Hospital Gempol Diresmikan
Secara ringkas syarat kemasan harus mampu melindungi pangan secara fisik, kimia dan biologis. Beberapa bahan kemasan karena pengaruh suhu, dan waktu kontak terhadap jenis bahan pangan tertentu, menimbulkan efek toksik bagi tubuh manusia.
Salah satu media kemasan makanan yang masih sering dijumpai adalah styrofoam. Dikutip dari laman halodoc.com, styrofoam mengandung monomer, antara lain stirena, benzene dan formalin yang diketahui berdampak negatif bagi kesehatan tubuh.
Stirena misalnya, dapat bermigrasi ke makanan yang ada di dalamnya. Proses migrasi zat kontaminan stirena ke makanan dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak makanan, lama penyimpanan, dan suhu makanan.
Akibat yang ditimbulkan dari zat ini adalah kerusakan sumsum tulang belakang, gangguan fungsi kelenjar tiroid, dan mengganggu sistem produksi sel darah merah sehingga menyebakan anemia.
BACA JUGA:Gagalkan Penyelundupan 795 Ribu Benih Lobster Senilai Rp90 Miliar