Oleh: Ratna Ningsih
MANUSIA dianjurkan untuk saling menasihati antar sesama. Karena terkadang manusia masih belum mampu mengambil keputusan sendiri.
Manusia sebagai makhluk sosial masih membutuhkan manusia lainnya, untuk membantu dia menjalani kehidupan.
Terkadang, sikap manusia yang labil juga butuh untuk dinasihati agar dia mampu bersikap tenang dan selayaknya manusia dewasa.
BACA JUGA:Sentra Medika Hospital Gempol Diresmikan
Menasihati juga biasanya dilakukan oleh seorang yang telah memiliki banyak pengalaman kehidupan agar orang yang dinasihati dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.
Diharapkan, orang tersebut tidak akan mengalami kegagalan yang serupa seperti apa yang sudah dialami orang tersebut.
Memang benar, menasihati untuk menuju lebih baik. Tetapi sekarang, rata-rata menasihati dengan cara yang salah, menyebabkan seorang yang dinasihati menjadi sakit hati.
Karena menasihati juga memiliki etika, bukan sembarangan menasihati.
BACA JUGA:Gagalkan Penyelundupan 795 Ribu Benih Lobster Senilai Rp90 Miliar
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berperilaku santun, termasuk dalam cara menasihati. Ada etika dan aturan dalam memberi nasihat untuk istri, anak, saudara, atau pun orang lain. Dengan begitu, nasihat yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
Berikut ini adab menasihati dalam Islam: Pertama, niat untuk mengingatkan. Adab menasihati dalam Islam pertama adalah berniat untuk meningkatkan bukan untuk 'menunjukkan keegoisan' atau pamer.
Sangat berbeda jika seseorang memberikan nasihat dengan maksud untuk memperbaiki saudara-saudaramu sebagai cara berdakwah yang baik menurut Islam.
Ini lebih baik dibandingkan untuk ‘menunjukkan diri’ lebih benar, lebih takwa, dan lebih berilmu. Jangan pernah memberikan nasihat dalam kondisi merasa diri lebih baik dari saudara kita, karena itu termasuk kebanggaan dalam Islam.
BACA JUGA:Dilanda Kekeringan, Warga Pakembangan Antre Air Bersih