Oleh: Muhamad Hijar Ardiansah*
BARU-BARU ini publik dikejutkan dengan sikap Geni Faruk, ibunda Atta Halilintar, yang ngotot meminta Thariq Halilintar, putranya, untuk dipanggil dengan gelar haji.
Hal ini memicu kontroversi dan memunculkan pertanyaan: Apakah penyematan gelar haji merupakan fenomena gila hormat?
Gelar haji merupakan sebuah penanda bagi umat Islam yang telah melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan bagi yang mampu, baik secara fisik maupun finansial.
BACA JUGA:Kader Demokrat Protes, Surat Tugas Diberikan Kepada Ayu
Menyandang gelar haji tentu menjadi sebuah kebanggaan dan pencapaian bagi mereka yang telah melaksanakannya.
Karena dahulu perjalanan menuju ke Tanah Suci bagi orang Nusantara (Indonesia) adalah perjuangan yang berat, karena harus mengarungi lautan, menerjang badai berbulan-bulan, menghindari perompak, hingga menjelajah gurun pasir.
Menurut Dosen Ilmu Sejarah, Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR, Moordiati, S.S., M.Hum., menjelaskan bahwa pada zaman dahulu masyarakat dari Nusantara yang melaksanakan ibadah haji tidak memerlukan izin dari pihak mana pun.
Pelaksanaan haji pada masa itu lazimnya menggunakan transportasi kapal laut. Hal ini, membuat haji memiliki risiko yang besar dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
BACA JUGA:Pantai Baro Gebang Dibuka Lagi, Tapi Ada Tarif Masuknya, Ini Besaran Tarifnya
Selain itu perjalanan yang jauh dan panjang, persyaratan yang tidak mudah, membuat haji menjadi sebuah perjalanan ibadah yang semakin penting dan tidak semua orang bisa melakukannya.
Sehingga orang yang berhasil melalui ujian tersebut, dan berhasil kembali selamat ke Tanah Air, kemudian dianggap berhasil mendapat anugerah dan kehormatan, apalagi Ka’bah dan Mekkah adalah kiblat suci umat Islam sedunia.
Itulah mengapa dalam perkembangannya kemudian di Indonesia lazimnya ada pemberian gelar bagi mereka jemaah haji usai menunaikan ibadah di Tanah Suci. Masyarakat menambahkan kata “Haji” atau “Hajjah” saat menyebut nama mereka.
Perlu diketahui bahwa pada masa pemerintah kolonial, penyematan gelar haji juga punya kisahnya tersendiri. Pada masa itu karena takut akan pengaruh haji bagi gerakan anti-penjajahan, pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk membatasi jamaah haji dengan berbagai cara.
BACA JUGA:Tahun Ini di Bangun TPAS Regional di Desa Walahar, Kabupaten Cirebon Sebagai Tuan Rumah, Segini Luas