BACA JUGA:Dukung Dishub Berantas Parkir Liar
Sedangkan, hingga Senin 8 Juli, banjir masih merendam areal persawahan di Desa Lombang Kecamatan Juntinyuat.
Salah serang petani di Desa Lombang, Sulton menjelaskan, bibit padi yang baru ditanam tidak terselamatkan akibat terendam banjir sejak Jumat (5/7) hingga Senin (8/7), dimana kedalaman air diperkirakan sampai 60 centimeter (cm).
Dikatakan Sulton, banjir ini berdampak pada gagalnya penanaman benih padi dan kesulitan mencari bibitnya.
BACA JUGA:Belanda vs Inggris: Misi Berat Three Lions
“Dampak dari banjir akibatnya petani gagal tandur (tanam) dan susah nyari wini (benih padi),” ujar Sulton.
Sementara itu, Kuwu Desa Lombang, H Pandi menyatakan, hujan yang turun di tiga hari terakhir ini, membuat 100 hektare sawah milik warga Lombang terendam banjir.
Meski demikian, H Pandi mengungkapkan bahwa debit air sudah mulai turun per hari Senin 8 Juli 2024.
BACA JUGA:Berpengalaman Dampingi Kepala Daerah di Jabar,Suhendrik Jadi Tim Penilai Independen KIJB 2024
“Setelah hujan reda di hari ini (Senin), dampak dari banjir sawah kembali seperti biasa dan tidak menyebabkan kerugian kepada para petani, karena air yang menggenang sudah dangkal lagi,” ujarnya.
Menurutnya, banjir di Desa Lombang salah satu contoh dampak dari curah hujan tinggi yang sering terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut Pandi, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam.
BACA JUGA:Kamus Bahasa Cirebon Edisi Pertama Dirilis, Ada 5.000 Kosakata
Pandi juga bertekad akan segera mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi petani akibat sawahnya yang terendam banjir.
“Kedepan, kami mendorong agar segera diperbiki fasilitas dan mobilitas pertanian di Desa Lombang ini. Sehingga tidak ada lagi dampak yang dapat merugikan warga kami di musim hujan yang akan datang,” ujarnya.