Setelah tidak lolos melalui jalur zonasi pada tahap pertama, anaknya hanya memiliki kesempatan melalui jalur prestasi akademik berdasarkan nilai rapor.
“Sekarang saya bingung, anak saya standar saja. Tidak terlalu pintar di kelas, tapi juga tidak buruk,” ujarnya.
Satori menambahkan bahwa pada tahap pertama, jalur prestasi dianggap sebagai tahap percobaan bagi para pendaftar.
Namun, pada tahap kedua ini, jalur tersebut menjadi penentu bagi mereka yang bersaing untuk mendapatkan tempat di sekolah pilihan.
“Para siswa yang berprestasi mungkin sudah mendaftar melalui jalur zonasi sebelumnya, sehingga siswa-siswa dengan prestasi sedang harus bersaing lebih keras. Jika nilai mereka tidak mencukupi, kita harus ikhlas mencari sekolah alternatif,” katanya.
Domisili Jalur Zonasi, Paling Jauh 500 Meter
PPDB SMA/SMK melalui jalur zonasi memunculkan kejanggalan terkait dengan kriteria penerimaan siswa.
Dari ratusan kuota yang tersedia, ternyata siswa yang diterima memiliki domisili terjauh tidak lebih dari 1 kilometer dari lokasi sekolah.
Anggota Komisi III DPRD Kota Cirebon Cicip Awaludin mengungkapkan bahwa persyaratan untuk diterima melalui jalur zonasi mensyaratkan agar calon siswa berdomisili di daerah terdekat dengan sekolah, minimal satu tahun sebelumnya.
Menurutnya, meskipun berkas-berkas pendukung yang menyertakan bukti domisili dapat memenuhi syarat, namun beberapa faktor membutuhkan pembuktian lebih lanjut.
Contohnya, pada PPDB jalur zonasi di salah satu SMAN di Kota Cirebon, setiap tahunnya sekitar 200 siswa diterima.
Mayoritas dari mereka berdomisili dalam jarak kurang dari 500 meter dari sekolah.
“Pertanyaannya, apakah memungkinkan untuk memiliki hampir 200 siswa dengan usia sekitar yang berdomisili dalam radius 500 meter tersebut? Karena cakupan radius 500 meter itu hanya sekitar satu RW,” jelasnya.
Untuk memastikan keabsahan domisili siswa yang diterima di SMAN, salah satu cara yang diusulkan adalah dengan melihat sekolah SMP asal siswa tersebut.
“Sebagai contoh, jika siswa yang mendaftar di SMAN 3 berasal dari SMPN 7, itu wajar dan masuk akal. Begitu juga dengan siswa di SMAN 1 yang berasal dari SMPN 5, karena posisi sekolahnya sangat berdekatan,” tambahnya.
Namun, faktanya banyak ditemukan siswa pendaftar yang asal SMP-nya berjarak sangat jauh dari domisili yang mereka cantumkan.