Uruskanlah pekerjaan yang berfaedah, perhatikanlah kewajiban yang fardlu, tunda segala keplesiran yang terbit dari pada nafsu yang sia-sia itu.”
Sungguh apa yang dituliskan oleh Tirto sangat merangkum harapan terhadap kepemimpinan di rezim apapun.
Grand design pembangunan memang sepatutnya menjadi representasi komitmen pemerintah pada level apapun dalam mewujudkan dan menjaga kesejahteraan orang banyak.
Moralitas seorang penyelenggara pemerintahan (pelaksana sebuah grand design pembangunan) harus sampai pada level bekerjalah akan guna orang banyak, jangan akan guna diri sendiri.
BACA JUGA:Kontroversi Pansus Haji 2024
Praktik kongkalikong ala Orde Baru yang berakibat pada runtuhnya grand design pembangunan itu adalah bukti nyata bahwa penyimpangan selamanya adalah penyimpangan.
Sekian derajat bergeser dari tujuan artinya akurasi pembangunan juga akan bergeser. Niat hati ingin lepas landas, akhirnya justru terhempas di landasan.
Lagi pula, jenis manusia apa yang mampu menjaga moralitasnya selurus itu; sesuai dengan grand design yang disepakati? Entahlah. (*)
*Penelaah Teknis Kebijakan (Klerek) pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan, Sekretariat Derah Kota Cirebon